Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Disebut Abaikan Dapilnya, Sejumlah Politisi dan Ormas NTT Bela Setya Novanto

Kompas.com - 08/05/2016, 22:09 WIB
Sigiranus Marutho Bere

Penulis

KUPANG, KOMPAS.com - Pernyataan Barisan Pemuda dan Mahasiswa Nusa Tenggara Timur (NTT) di Jakarta terkait pencalonan Setya Novanto sebagai ketua umum Partai Golkar mendapat kecaman sejumlah politisi dan ormas di NTT.

Ketua DPD Partai Golkar Kabupaten Manggarai, NTT, John Nahas adalah salah satu yang mengecam.

Dalam pernyataannya kepada Kompas.com, Nahas menuding kelompok pemuda yang mengklaim mewakili masyarakat NTT itu adalah suruhan pihak-pihak yang ingin menjegal Setya Novanto dan merusak partai Golkar.

"Apa salahnya pak Novanto? Di mana-mana ada tudingan terhadap pak Novanto, tetapi terbukti dia tidak bersalah termasuk di MKD dan dewan kehormatan. Jadilah tolonglah teman-teman janganlah bikin rusak kami di Golkar ini,” kata Nahas, Minggu (8/5/2016).

Menurut John, Setya Novanto telah banyak melakukan hal positif di NTT, yag tak diketahui barisan pemuda dan mahasiswa di Jakarta tersebut.

“Kenapa kalian muncul dan berpendapat pada saat jelang pemilihan (ketua) partai Golkar? Ini kan sesuatu yang aneh menurut saya. Pak Novanto ini sudah lama jadi anggota DPR RI, seharusnya dari dulu dong kalian omong,” tambah Nahas.

Hal senada juga disampaikan Ketua DPD II Golkar Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) Alex Kase, yang menilai pernyataan para mahasiswa itu sangat tendensius dan berlebihan.

“Masyarakat NTT banyak yang pilih dia (Setya Novanto) karena dia sudah berbuat banyak. Kalian omong mengatasnamakan masyarakat NTT, masyarakat yang mana? Kami yang pilih dia tentu tersinggung dengan pernyataan tersebut,” kata Kase.

“Saya sangat menghargai mahasiswa di Jakarta dengan pikiran-pikirannya, tetapi yang tahu persis pak Setya Novanto itu adalah kami yang ada di daerah," ujar Kase.

"Saya sebagai ketua Golkar Kabupaten TTS tentu tahu persis seperti apa Setya Novanto, apalagi di daerah pemilihannya NTT 2 ini, suara yang mendukungnya sangat banyak,” sambungnya.

Sementara itu secara terpisah, Ketua Lumbung Pemuda Nusantara Provinsi NTT, Bedi Roma mengatakan, pernyataan dari barisan pemuda mahasiswa tersebut sangat keliru, karena kontribusi Setya Novanto untuk masyarakat NTT sangat banyak.

“Saat menjadi Ketua DPR RI banyak anggaran yang bisa masuk ke wilayah NTT berkat dorongan dari Setya Novanto. Kami minta teman-teman di Jakarta bisa menilai secara obyektif keberadaan pak Setya Novanto di DPR RI," ujar Bedi.

"Hanya sayangnya teman-teman hanya berada di Jakarta, sehingga tidak bisa merasakan kontribusi Setya Novanto,” kata Bedi.

Menurut Bedi, salah satu bukti perhatian Setya Novanto untuk masyarakat NTT, dengan adanya Novanto Center yang sudah sering membantu kelompok petani, nelayan, pedagang kecil dan menengah yang intinya membantu peningkatan ekonomi masyarakat.

Senada dengan itu, Alumni Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Kupang, Muhammad Eta menduga organisasi pemuda itu adalah ormas bayaran untuk menjatuhkan Setya Novanto.

“Pernyataan pemuda NTT yang dipimpin Guce Montero untuk mendesak Munaslub Golkar untuk tidak memilih Setya Novanto adalah sangat keliru dan patut diduga bahwa ormas pemuda NTT ini adalah ormas bayaran untuk menjatuhkan Setya Novanto,” kata Eta.

Menurut Eta, Setya Novanto adalah satu dari 13 angggota DPR RI yang dipilih rakyat NTT, sehingga legitimasinya cukup jelas

“Kaitan dengan proses hukum Pak Setya Novanto, kita serahkan pada aparat hukum, tapi Insya Allah sampai detik ini Pak Setya Novanto tidak terjerat kasus hukum tapi hanya melanggar kode etik,” kata dia.

Kecaman ini muncul setelah Koordinator Barisan Pemuda Mahasiswa NTT Guche Montero menilai, sebagai wakil dari NTT, kontribusi Setya Novanto dinilai minim bagi masyarakat provinsi itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com