Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banyak Pungli di Kawasan Pantai Anyer, Rano Karno Diminta Turun Tangan

Kompas.com - 07/05/2016, 13:18 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera

Penulis

BANTEN, KOMPAS.com - Maraknya pungutan liar atau pungli dalam berbagai cara di kawasan wisata Pantai Anyer dinilai telah membuat konsumen tidak nyaman berwisata ke sana.

Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) pun meminta Gubernur Banten Rano Karno untuk menindak tegas oknum petugas dan pengusaha rumah makan yang sengaja merugikan konsumen dengan cara seperti itu.

"YLKI mendesak Gubernur Banten untuk memberantas pungli-pungli itu atau melegalkan tarif resmi guna mendulang pendapatan asli daerah," kata Ketua Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi kepada Kompas.com, Sabtu (7/5/2016).

Selain memberantas pungli, YLKI juga menyarankan agar area wisata sejarah di Masjid Agung yang berlokasi di Banten Lama lebih diperhatikan.

Dari temuan pihaknya, lanjut Tulus, area Masjid Agung terlihat kotor di segala sudutnya. Pemandangan sampah di sana membuat kesan Masjid Agung sebagai tempat yang kumuh dan tidak tertata.

"Sama sekali tidak mencerminkan lingkungan masjid yang seharusnya rapi, bersih, sehat, dan Islami. Sudah begitu, buat masuk area masjid saja, ada pungli juga, macam 'uang kopi' Pak Ogah sama pungutan parkir yang tidak wajar," tutur Tulus.

(Baca juga: YLKI Temukan Pungli di Kawasan Pantai Anyer)

Sebelumnya diberitakan, YLKI menemukan adanya praktik pungli di Pantai Anyer, seperti di Pantai Matahari Carita. Di sana, ada seorang preman yang mengaku petugas resmi mengenakan tarif parkir sebesar Rp 100.000 per mobil dan menunjukkan bukti tiket.

Pungli serupa juga didapati pihak YLKI di kawasan Pantai Jambu. Petugas di sana mematok tarif parkir mobil sebesar Rp 50.000. Kemudian, di Pantai Karang Bolong, ada yang meminta uang masuk ke pantai senilai Rp 15.000 per orang. Tarif yang dikenakan itu belum termasuk dengan biaya parkir kendaraan di sana.

Selain itu, sejumlah rumah makan ikut menerapkan praktik pungli dengan mematok harga makanannya hingga sepuluh kali lipat dari harga normal.

Keluhan serupa juga pernah ramai di media sosial. Salah satu pemilik akun Facebook bernama Dewi Kabisat Andriyani mengunggah kuitansi pembayaran makanan sejumlah Rp 1 juta yang disebutnya berada di sebuah restoran di Anyer, September 2014 lalu.

Dalam kuitansi yang tak menyebutkan nama restoran tersebut, ada tujuh menu makanan dan minuman yang dipesan. Namun, harga tersebut memang terbilang mahal. Dua ikan bakar seharga Rp 400.000, satu cumi saus tiram Rp 180.000, tiga cah kangkung Rp 200.000, satu baso sapi Rp 20.000, dua nasi putih Rp 90.000, dua lalap sambal Rp 30.000, dan satu es teh manis Rp 80.000.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com