Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Kita Tak Membicarakan Yn, Remaja yang Tewas Diperkosa 14 Pemuda?

Kompas.com - 03/05/2016, 06:11 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Apakah kasus perkosaan tidak berhak mendapat perhatian lebih besar ketimbang drama politik ibu kota atau kasus korupsi?

Inilah pertanyaan yang muncul di media sosial setelah sejumlah pengguna mengungkapkan kegelisahannya terkait kasus Yn, remaja yang tewas setelah diperkosa 14 pria di desa kecil di Bengkulu.

"Kita sudah mati rasa," kicau Kartika Jahja, aktivis dan musisi independen di Twitter. "'Oh kasus perkosaan lagi...' Oke. Lanjut. Kadang itu lebih menyakitkan dari kejahatannya sendiri."

"Banyak yang menganggap bahwa kasus pemerkosaan 'tidak lebih penting' daripada, misalnya, kasus korupsi," kata pemilik akun @csi_wulan.

Memang tidak banyak media yang menulis berita tentang Yn. Pun, tak banyak orang membicarakannya.

Baca juga: #NyalaUntukYuyun, Simpati untuk Siswi SMP yang Tewas Diperkosa 14 Pemuda

Menurut data Spredfast misalnya, kata kunci Yn di Twitter mulai naik grafiknya pada akhir pekan lalu dengan jumlah kicauan lebih dari 1.800 kali, itu dipicu oleh inisiatif sejumlah pengguna untuk menggunakan tagar Nyala Untuk Yuyun sebagai wujud simpati.

Padahal, laporan tentang adanya seorang siswi SMP yang ditemukan tewas tanpa busana itu muncul pada Selasa, 5 April lalu, dalam beberapa situs berita lokal Bengkulu.

Penyelidikan yang dilakukan polisi mengungkap bahwa siswi berusia 14 tahun berinisial Yn bin Yakin itu diperkosa oleh 14 pemuda hingga tewas. Sebanyak 12 pelaku ditangkap dan terancam hukuman hingga 15 tahun penjara.

Baca juga: Polisi Ringkus 12 Pemuda Perkosa Siswi SMP Berprestasi, Dua Orang Buron

Menyalahkan korban

Bagi Sophia Hage, direktur kampanye kelompok penyintas kekerasan seksual Lentera Indonesia, setidaknya ada dua hal yang membuat kasus ini luput dibicarakan.

Pertama, kasus ini terjadi jauh dari ibu kota, di sebuah desa yang jauh dari paparan media massa dan jejaring sosial.

"Sangat mudah orang mengatakan kejadiannya kan bukan di sini, jadi tidak ada hubungannya dengan saya," katanya kepada BBC Indonesia.

Faktor kedua adalah masih kuatnya stigma bahwa kekerasan seksual terjadi disebabkan karena kesalahan korban, bukan pelaku.

Baca juga: Siswi SMP Berprestasi Ditemukan Tewas dengan Tangan dan Kaki Terikat

Sering dalam kasus perkosaan, misalnya, orang lebih berfokus pada apa yang dipakai korban saat itu. Lalu mengapa dia pulang malam atau mengapa orangtuanya tidak bisa mendidik anak perempuannya dengan baik, kata Sophia yang mendirikan Lentera Indonesia bersama Wulan Danoekoesoemo.

"(Karena itu) orang lebih menyalahkan korban dan sistem dukungan di sekitar korban, daripada mempertanyakan tindakan kriminal pelaku."

Victim blaming, atau kecenderungan masyarakat menyalahkan korban kekerasan seksual inilah yang membuat banyak perempuan enggan melaporkan kekerasan yang dialaminya.

"Kasus Yuyun ini adalah cerminan. Ujung dari gunung es, karena lebih dari 75% kekerasan seksual tidak terlaporkan," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com