Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ratusan orang "Long March" Tolak Pengerukan Pasir untuk Reklamasi Teluk Benoa

Kompas.com - 02/05/2016, 19:37 WIB
Karnia Septia

Penulis

MATARAM, KOMPAS.com - Ratusan nelayan, petani, dan mahasiswa yang tergabung dalam Front Perjuangan Rakyat NTB mendatangi kantor Gubernur NTB, Senin (2/5/2016). Mereka melakukan aksi menolak pengerukan pasir laut di Lombok Timur untuk proyek reklamasi Teluk Benoa, Bali.

Dengan membawa baliho berisi tuntutan, mereka melakukan long march menuju Kantor Gubernur NTB untuk menyampaikan aspirasinya.

Nelayan khawatir, penyedotan pasir laut untuk proyek reklamasi Teluk Benoa, Bali akan berpengaruh pada kerusakan pesisir laut Lombok.  Rusaknya biota laut akibat pengerukan atau penyedotan pasir laut akan berpengaruh pada penghasilan nelayan.

"Sebelum pengerukan kadang kami tidak makan karena ikan tidak ada. Apalagi ada pengerukan ini, mau makan apa kami bapak gubernur," kata Abdul Basyir perwakilan nelayan Lombok Timur.

Saat ini, ada 16.000 lebih kepala keluarga di 32 Desa pesisir menggantungkan hidupnya dari laut. Jika pemerintah NTB tetap memberikan izin tersebut, para nelayan khawatir, laut yang selama ini menjadi satu-satunya sumber penghasilan mereka akan terganggu.

"Kami nelayan sangat khawatir tentang hal ini. Bayangkan 1.000 hektar akan dikeruk sedangkan lokasi tempat kami mencari nafkah hanya di situ. Lantas kalau itu dikeruk, mau kemana kami sebagai nelayan? Dengan hati nurani bapak tolong ini diperhatikan, supaya jangan sampai izin operasionalnya terbit," kata Saiful, salah seorang nelayan.

Sebelumnya, masyarakat nelayan pernah melakukan aksi penolakan serupa di Kabupaten Lombok Timur. Namun warga merasa kecewa dan terpukul karena izin amdal untuk penyedotan pasir laut masih tetap diterbitkan. Mereka berharap, pemerintah NTB mau mendengar suara para nelayan dan tidak memberikan izin pada perusahaan yang akan pengeruk pasir laut Lombok.

"Jangan hanya lihat uangnya saja. Tidak ada gunanya CSR kalau lingkungan kita dan kepala keluarga nelayan yang begitu banyak, tidak bisa mencari nafkah," kata Amin, nelayan lain.

Aksi demo yang bertepatan dengan momentum Hari Buruh dan Hari Pendidikan Nasional ini berlangsung damai. Beberapa perwakilan nelayan diterima untuk berdialogh.

Terkait hal ini, Kepala BKPMPT Ridwansyah yang ikut menemui perwakilan nelayan mengatakan, saat ini pemerintah NTB belum mengeluarkan izin operasi produksi. Ia mengatakan, saat ini belum ada legalitas yang memberikan kewenangan kepada perusahaan untuk melakukan operasi produksi. Izin operasi produksi tersebut masih dalam proses perizinan.

"Setelah kelayakan lingkungan, kelayakan tekhnis, dan lain-lain, setelah semua terpenuhi pemerintah provinsi baru akan mengeluarkan ijinnya operasi produksi. Sekali lagi, sampai hari ini belum dikeluarkan ijin operasi produksi untuk penambangan pasir di Lombok Timur," ujar Ridwansyah. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com