Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Potongan Gumpalan Kanker Diawetkan dan Dipamerkan di Museum Kanker

Kompas.com - 27/04/2016, 15:58 WIB
Achmad Faizal

Penulis

SURABAYA, KOMPAS.com — Ada potongan gumpalan kanker paru-paru, kanker leher rahim, kanker payudara, kanker indung telur, dan sejumlah jenis kanker lainnya.

Puluhan potongan gumpalan kanker tersebut diawetkan dalam tempat khusus untuk dipamerkan kepada masyarakat.

Potongan gumpalan kanker tersebut terdapat di Museum Kanker Surabaya di Jalan Kayoon 16-18. Museum yang diklaim tidak hanya pertama kali di Indonesia, tetapi juga di dunia, itu dioperasikan oleh Yayasan Kanker Wisnuwardhana.

Tidak hanya artefak potongan kanker, di museum yang diresmikan pada 2013 itu juga dipertontonkan perjalanan sejarah tentang kanker dari 80 juta tahun lalu sampai abad ke-21.

Pada dinding, sejarah kanker itu dijelaskan bagaimana bangsa Romawi memotong kanker dengan pisau, lalu diberi ramuan daun dan buah, hingga pada 2013, terapi kanker menggunakan vaksin.

Tidak ketinggalan, di museum itu juga ditunjukkan pembaruan angka jumlah kematian perempuan akibat kanker serviks di dunia berdasarkan data dari WHO.

Rabu (27/4/2016) siang, jumlah kematian perempuan akibat kanker serviks di museum tersebut terpantau mencapai angka 45.318 korban meninggal. Tujuan pembangunan Museum Kanker tersebut sebagai upaya edukasi bahaya kanker kepada masyarakat.

"Selama ini, kami memandang pemerintah gagal menangani penderita kanker. Buktinya, jumlah penderita dan korban kanker terus naik," kata pendiri Museum Kanker, Ananto Sidohutomo.

Museum tersebut didesain oleh Ananto sedemikian rupa agar masyarakat lebih mudah mengenal bahaya kanker sejak dini, khususnya untuk kanker serviks dan kanker payudara.

Bahkan di museum itu diajarkan bagaimana mendeteksi kanker payudara melalui payudara buatan dari bahan silikon. 

"Kanker payudara dan serviks bisa dideteksi sejak dini, dan bisa dilakukan pencegahan dan pengobatan sejak awal secara maksimal. Kalau kanker-kanker lain biasanya terdeteksi saat sudah terlihat parah," kata dokter yang juga seniman ini.

Museum Kanker juga menampilkan sebuah mikroskop untuk melihat sel kanker, tulisan-tulisan bagaimana menanggulangi kanker dari upaya preventif, deteksi dini, diagnostik, kuratif, rehabilitatif, hingga paliatif. 

Dinding doa juga disediakan bagi pengunjung. Di dinding tersebut, pengunjung bisa menulis doa di secarik kertas untuk teman, sahabat, atau keluarga yang sedang berjuang untuk sembuh dari kanker maupun yang sudah meninggal karena kanker.

Ananto menambahkan, Museum Kanker juga menyediakan panggung hiburan, lokakarya gratis, dan ruang komunitas untuk menjangkau promosi bahaya kanker ke semua kalangan masyarakat.

"Kami menyediakan apa yang tidak dilakukan pemerintah dalam menanggulangi kanker. Kalau upaya pengobatan dan sebagainya itu sudah dilakukan pemerintah," terangnya.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com