Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Abrasi, Kampung Penghasil Atap Rumbia Ini Terancam "Hilang"

Kompas.com - 27/04/2016, 13:01 WIB
Raja Umar

Penulis

MEULABOH , KOMPAS.com - Dusun Raja Aceh, Desa Leuhan, Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat, terus terkikis amblas ke dasar Sungai Krueng Meureubo karena abrasi.

Setiap dilanda banjir, luas dusun yang ditinggali 50 kepala keluarga ini terus menyusut karena terkikis air sungai setiap tahun hingga mencapai 15 meter dari permukaan.

”Setiap terjadi banjir, 5 meter daratan kampung amblas ke sungai. Dalam setahun, ada sekitar 15 meter yang longsor ke dalam sungai”, kata Ali Nur, Rabu (27/4/2016).

Menurut Ali, abrasi daratan pemukiman warga yang umumnya berprofesi sebagai pengrajut atap dari daun rumbia itu sudah terjadi sejak puluhan tahun lalu. Puluhan rumah warga telah hanyut terseret arus aliran sungai Krueng Meurebo saat banjir melanda.

Dia menyesalkan karena belum ada upaya yang serius dari Pemerintah setempat untuk penanggulangan abrasi agar dusun yang dikenal sebagai penghasil atap rumbia di Aceh Barat itu tidak hilang tinggal nama.

“Dari dulu sudah lebih sepuluh rumah yang telah hanyut, namun ada juga sebagian warga yang rumahnya sudah dekat dengan sungai yang ada tanah dilokasi lain langsung pindah rumah sebelum hanyut, sehingga penduduk disini tidak bertambah-tambah” katanya.

Pantauan Kompas.com di lokasi, saat ini ada satu rumah warga, yaitu milik M Suid yang terancam amblas dan hanyut ke dasar sungai. Jarak lokasi rumah dengan sungai hanya tinggal sekitar 15 meter saja. Dia pun khawatir rumahnya akan hilang amblas saat banjir kembali melanda Dusun mereka.

“Ini paling bertahan dua kali banjir lagi, kalau tidak segera pindah akan hanyut juga. Tapi sekarang belum ada biaya untuk pindah rumah. Itu jalan dusun juga telah amblas hampir satu kilometer, katanya,” ungkap Suid.

Warga berharap, pemerintah segera membangun tanggul pasak bumi di sepanjang aliran sungai.

“Dulu sudah pernah dibuat tanggul, tapi begitu selesai dibuat, langsung hanyut karena tanggul yang dibangun itu tidak sampai ke bawah. Makanya di sini yang cocok dibangun tanggul pasak bumi,” ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com