Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gagal Panen, Sebagian Petani di Bima Terpaksa Jadi Buruh Tani

Kompas.com - 26/04/2016, 19:50 WIB
Syarifudin

Penulis

BIMA, KOMPAS.com - Akibat gagal panen, petani di Kecamatan Soromandi, Kabupaten Bima, terpaksa harus menjadi buruh tani di tempat lain, misalnya di Kecamatan Donggo.  

Rayani, warga Desa Kala, Kecamatan Donggo, mengaku, sawahnya mengalami kekeringan akibat kemarau yang berkepanjangan. Karena mengalami gagal panen, ia harus memilih manjadi buruh tani di ladang warga lain untuk mendapatkan gabah.

“Ya, mau gimana lagi, padi yang ditanami tidak bisa dipanen lagi akibat kekeringan. Saya terpaksa menjadi buruh tani,” kata ibu lima anak ini, Selasa (26/4/2016).  

DEngan bekerja di ladang orang lain, Rayani mendapat upah hingga setengah karung gabang seberat 50 kilogram dalam sehari. Dengan hasil itu, ia berharap bisa mencukupi untuk kebutuhan setahun.  

“Kalau tidak dilakukan, kita tidak dapat pengahasilan. Saya terpaksa menjadi buruh tani untuk menopang kebutuhan keluarga,” tuturnya.  

Ia mengaku, saat ini areal perkebunannya sudah mengering. Tanaman padi yang diharapkanya kini tidak bisa diandalkan lantaran gagal panen akibat puso. Sementara ia harus memberi makan lima anaknya.

"Kalau kebun saya sudah tak bisa diandalkan lagi. Semua padi ludes akibat kekeringan,” katanya.  

Husni, ketua kelompok tani di Desa Wadukopa mengatakan, kekeringan lahan pertanian di Soromandi makin meluas. Jika sebelumnya, tercatat 220 hektar ladang yang mengalami kekeringan, kini bertambah menjadi 250 hektar. Kerugian yang diderita petani pun tidak sedikit, yakni Rp 5 juta per hektar.  

“Sebagian besar tanaman padi, khususnya di lahan tegalang tidak bisa dipanen akibat kekeringan. Sekarang tanaman padi menjadi pakan ternak. Akibat gagal panen ini, sebagian warga desa, selain menjadi buruh tani, ada juga yang memilih ojek dan mencari nafka di luar daerah untuk menopang kebutuhan rumah tangga,” ungkap Husni.  

Ia menjelaskan, sejak puluhan tahun, baru kali ini dampak kekeringan dirasakan cukup parah di daerahnya. Sejumlah lahan pertanian mengalami gagal panen. Padahal padi sudah berumur 2 sampai 3 bulan, atau kurang 25 hingga 30 hari lagi siap dipanen.

“Untuk itu, kami berharap agar pemerintah segera memberikan bantuan benih sebelum musim hujan tiba. Karena dari 250 hektar lahan yang ditanami padi mengalami gagal panen,” harapnya.

Sementara itu, penyuluh pertanian dari Dinas Pertanian Bima, H Arham mengatakan, lebih dari 1.000 hektar lahan padi di Bima gagal panen akibat puso. Gagal panen itu terjadi di seluruh desa yang ada di Kecamatan Soromandi, antara lain Desa Bajo, Punti, Sowa, Sai, Sampungu dan Wadukopa.

“Pada bulan Januari, air hujan tak mengguyur di wilayah Soromandi. Sementara pada beberapa bulan berikutnya, hujan memang turun tapi tidak menentu, sehingga menyebabkan tanaman padi tidak tumbuh normal dan mati,” jelas Arham, Selasa.

Parahnya lagi, kata Arham, di daerah setempat tidak memiliki sumber mata air seperti Dam dan irigasi yang diandalkan untuk mengairi lahan pertanian. Akibatnya, lahan yang ditanami tanaman padi mengering.

"Terkait kekeringan itu, kami sudah melaporkan ke Balai Tanaman Pangan Provinsi NTB. Kami berharap pemerintah pusat segera meresponnya untuk mengatasi kekeringan di Bima,” harapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com