Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mahasiswa Demo Peringati "April Berdarah", Dosen Marah-marah

Kompas.com - 25/04/2016, 11:02 WIB
Hendra Cipto

Penulis

MAKASSAR, KOMPAS.com - Belasan mahasiswa yang mengatasnamakan dirinya Federasi Mahasiswa Kerakyatan menggelar aksi unjukrasa memperingati hari April Berdarah (Amarah) di depan kampus Universitas Muslim Indonesia (UMI), Senin (25/4/2016) siang.

Namun seorang dosen perempuan dari kampus UMI kemudian datang dan marah-marah kepada mahasiswa yang berunjuk rasa. Bahkan, dia berusaha menarik sejumlah mahasiswi yang ikut aksi unjuk rasa agar keluar dari kelompok tersebut.

Mahasiswa yang berunjuk rasa enggan membubarkan diri dan dosen tersebut bertambah emosi di depan mahasiswanya. Mahasiswa lalu meninggalkan lokasi aksi yang dilakukan di pintu 2 kampus UMI dan melakukan longmarch ke bawah jalan layang Flyover Makassar untuk melanjutkan aksinya.

"Tidak usah sebut namaku dan jangan ambil gambarku marah-marah. Memang itu sebagian mahasiswaku. Saya marah, karena kami sudah melakukan dialog kemarin dengan mahasiswa agar tidak melakukan aksi unjuk rasa. Tapi ternyata mahasiswa ingkar janji," kata dosen UMI ini yang enggan menyebutkan identitasnya.

Dalam orasinya silih berganti yang digawangi oleh Rendi ini menyatakan, mahasiswa UMI tetap melakukan aksi unjukrasa memperingati Amarah yang menelan korban jiwa sejumlah mahasiswa UMI pada tahun 1996 lalu.

"Insiden Amarah di Makassar saat itu terlibat bentrokan antara mahasiswa melakukan aksi demonstrasi menolak kebijakan Menhub menaikkan tarif angkutan umum dengan aparat TNI/Polri. Dalam insiden itu, 3 mahasiswa, puluhan mahasiswa luka dan puluhan orang lainnya ditangkap," kata salah satu pengunjukrasa dalam orasinya di bawah flyover.

Mereka meminta pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang dilakukan aparat TNI/Polri pada tahun 1996 diusut tuntas.

"Usut tuntas semua kasus pelanggaran HAM masa lalu. Kami juga tuntut agar tidak ada lagi aksi kekerasan terhadap mahasiswa oleh aparat yang menyuarakan aspirasi masyarakat," tambahnya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com