Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sayuran Hidroponik dari Sekolah ke Toko Modern

Kompas.com - 25/04/2016, 10:12 WIB
Kontributor Ungaran, Syahrul Munir

Penulis

BAWEN, KOMPAS.com - Para pelajar di SMK Negeri 1 Bawen, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, kini memiliki bekal pengetahuan pertanian hidroponik. Tidak hanya teori, tetapi juga praktik membudidayakan hingga memasarkan tanaman hidroponik.

Sejak Februari 2016, sekolah di Jalan Kartini 119, Bawen, itu telah mengembangkan pertanian dengan air sebagai media tanamnya. Lahan seluas 2.400 meter persegi di kompleks sekolah itu disulap menjadi kebun hidroponik dalam rumah khusus atau green house.

Sayuran hidroponik ini memiliki kelebihan dibandingkan sayuran yang ditanam secara konvensional, yakni bisa dikonsumsi langsung karena perawatannya tidak menggunakan pestisida.

"Rasanya lebih lezat dan lebih segar," komentar Bupati Semarang Mundjirin yang berkesempatan mengikuti panen perdana di sekolah tersebut, Minggu (24/3/2016) siang.

Sistem pertanian hidroponik ini terbukti lebih produktif ketimbang menanam di media tanah. Dengan hidroponik, masa panen sayuran, seperti selada, sawi, dan bayam, hanya membutuhkan waktu 45 hari tanam. Penanaman secara konvensional baru bisa dipanen setelah 80 hari.

Sayuran produksi SMKN Bawen itu sudah dipesan oleh sejumlah supermarket modern dan restoran, seperti TransMart, Carrefour, Mister Burger, maupun suplier sayuran segar seperti Citra Tani Abadi, dan Global Green.

"Pertanian hidroponik tidak mengenal musim. Persentase kerugian juga kecil karena di green house dan hidroponik ini kecil kemungkinan terserang hama, dan mempersingkat waktu tanam juga menghemat tenaga kerja," kata Muhammad Miftahul Mudrik, salah satu siswa SMKN 1 Bawen.

Selain menanam sayuran, para siswa juga dilatih untuk meneliti, berinovasi, hingga memperkaya khasanah dunia pertanian hidroponik.

Siti Komariyah, salah satu siswi, mengatakan bahwa ke depan sudah diproyeksikan bahwa pertanian hidroponik ini akan benar-benar meninggalkan penggunaan pestisida sehingga semakin ramah dengan lingkungan.

Para siswa tengah mencoba membuat formulasi pupuk organik yang aplikatif pada media tanam sayuran hidronik.

"Sudah ada rencana kita akan menggunakan pupuk organik dari alam, dari bahan jahe, lengkuas dan kapulaga bisa diaplikasikan di sini juga," kata Komariyah.

Kepala SMK Negeri 1 Bawen Jumeri mengatakan, dengan berbagai terobosan dan inovasi yang dikembangkan sekolahnya, sejak tahun 2013 SMKN 1 Bawen telah ditunjuk sebagai SMK Rujukan Pertanian.

"Tahun ini, kami akan berkonsentrasi pada agronomi dan peternakan. Dengan harapan, SMK Negeri 1 Bawen bisa jadi ajang pengembangan pertanian organik dan agrowisata," katanya.

Kurikulum yang dikembangkan di sekolah ini telah mempersiapkan para siswanya agar dapat langsung mempraktikkan teori dan pengalamannya dalam dunia usaha mandiri maupun pasar kerja yang ada.

"Pertanian hidroponik ini sangat prospektif. Nantinya para siswa bisa mengembangkan di rumah atau kerja sama dengan investor," kata Jumeri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com