Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Jangan Lagi Ada Pegawai Pajak yang Jadi Korban..."

Kompas.com - 14/04/2016, 15:03 WIB

KOMPAS.com - Tangis Corry br Lubis (28) pecah begitu peti jenazah suaminya, Parado Toga Fransiano Siahaan (30), juru sita penagihan pajak Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sibolga, sampai di rumah duka, Jalan Air Bersih Ujung, Medan, Rabu (13/4) siang.

Tangisnya kembali pecah saat melihat kepala suaminya dibebat di dalam peti.

"Pasti sakit sekali, ya, Bang," katanya sambil memandang suaminya.

Para pelayat pun turut terisak-isak bersama keluarga Siahaan.

Parado bersama Sozanolo Lase (35), petugas keamanan di Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (P2KP) Gunungsitoli, tewas setelah ditikam wajib pajak, AL alias Ama Tety (45), seorang pengusaha karet. Pembunuhan terjadi di gudang karet AL di Jalan Yos Sudarso, Desa Hilihanao, Kilometer 5, Gunungsitoli, Nias, Sumatera Utara, Selasa siang.

(Baca juga: Dua Petugas Pajak Ditikam, Pengusaha Karet Emosi karena Ditagih Miliaran Rupiah)

Keluarga besar Siahaan sangat terpukul atas kasus itu.

"Kami tidak menyangka liburan keluarga ke Bali dan Lombok pekan lalu menjadi pertemuan kami yang terakhir," kata Pretty Siahaan (26), adik korban.

Duka yang mendalam juga dirasakan jajaran Direktorat Jenderal Pajak. Apalagi, ini adalah kasus pertama petugas pajak dibunuh penunggak pajak.

Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan Sumatera Utara II Yurniwansyah menyatakan, pembunuhan yang dilakukan wajib pajak kepada Parado melukai Ditjen Pajak secara institusi. Kejadian ini juga menunjukkan bahwa menagih pajak bukanlah tugas yang mudah.

Jefri Tampubolon, kerabat Parado yang tinggal di Gunungsitoli, mengatakan, pembunuh itu sangat kejam. Ia menemukan keponakannya sudah terbujur dengan kepala dibebat dan tubuh penuh luka di RSUD Gunungsitoli.

Jenazah Parado lalu dibawa ke Sibolga menggunakan kapal pada Selasa sekitar pukul 22.00 dan tiba di Sibolga pada Rabu sekitar pukul 08.00. Setelah disemayamkan di Kantor Pajak Pratama (KPP) Sibolga, jenazah diterbangkan ke Medan dengan pesawat carteran.

Selepas menyelesaikan studi SMA di Medan, Parado melanjutkan studi di prodip 1 (setara D-1) Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) dan selesai tahun 2005. Ia magang di KPP Siantar, lalu ditempatkan di KPP Rantau Prapat.

Parado lalu pindah ke KPP Sibolga pada 2011. Anak tertua dari tiga bersaudara itu sudah ditinggal bapaknya yang meninggal saat dirinya masih kecil. Istrinya, Corry yang dinikahi tahun 2014, saat ini tengah hamil tiga bulan.

Polres Nias telah menetapkan lima tersangka atas kasus ini. Selain AL selaku pelaku utama, juga ada AZ alias Ana (17), warga Dusun Hilihambawa, Kecamatan Lahewa Timur, Nias, yang menarik korban dan memukul wajah korban.

DL alias Dedi (22), warga Desa Dahana, Kecamatan Alasa, Kabupaten Nias Utara; MG alias Rama (18), warga Dusun Hilimbaruzo, Kecamatan Ma'u, Kabupaten Nias; dan BL alias Ama Yusu (43), warga Desa Dahana Alasa, Kabupaten Nias Utara.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com