Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kini Banyuwangi Punya 65 Varietas Durian Merah

Kompas.com - 09/04/2016, 12:13 WIB

BANYUWANGI, KOMPAS.com - Seorang peneliti hortikultura mengidentifikasi saat ini durian merah khas Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, memiliki 65 varietas dengan karakteristik rasa dan aroma yang berbeda-beda.

Peneliti durian merah Eko Mulyantoro (44) di Banyuwangi, Jumat (8/4/2016), mengatakan bahwa puluhan varietas hasil proses penyerbukan tersebut menghasilkan karakteristik pohon dan buah berbeda-beda. Warna daging buahnya bermacam-macam.

"Ada yang merah blok dan merah grafis (batik). Untuk rasa juga beragam, ada yang manis, asin gurih, bahkan pahit," kata pengembang durian merah dari Forum Pemerhati Hortikultura Banyuwangi ini.

Meski demikian, kata Eko, hanya 25 varietas yang bisa dikonsumsi. Dua di antaranya adalah jenis Balqis dan Sunrise of Java (SOJ). Kedua varietas itu secara resmi telah diberi tanda daftar milik Banyuwangi oleh Kementerian Pertanian.

Sebagai peneliti dan pengembang, Eko menargetkan bisa menghasilkan durian merah unggulan yang bisa diekspor. Saat ini ada 11 varietas yang tengah dikembangkan untuk memenuhi target itu.

Keunggulan yang dikembangkan antara lain buah tidak berbau, warna buah merah batik (grafis), biji tipis dan berdaging tebal, kulit durian selalu hijau, serta nonalkohol sehingga tidak membuat perut kembung apabila dikonsumsi.

"Target kami durian merah Banyuwangi bisa menembus pasar Eropa," kata PNS Kabupaten Banyuwangi tersebut.

Sampai sekarang pengembangan durian merah terus dilakukan. Ada 15.000 bibit durian merah yang telah disebarkan oleh Pemkab Banyuwangi kepada warga dalam beberapa tahun terakhir.

Dari jumlah itu, 1.500 pohon sudah tumbuh besar dan 200 di antaranya sudah berbuah secara produktif. Setiap tahun rata-rata dihasilkan 1.700 buah durian merah yang bisa dipanen.

Karena harga per kilogramnya Rp 150.000-Rp 275.000, durian merah dapat menjadi pendapatan yang menguntungkan bagi petani. Kini buah tersebut menjadi ikon tanaman hortikultura asal Banyuwangi dan paling diburu oleh wisatawan saat ini.

Dia mengatakan, semula jumlah pohon durian merah besar dan produktif di Banyuwangi hanya ada lima yang tersebar di beberapa wilayah dan kini sudah berusia tua.

"Seperti milik Pak Serat di Kecamatan Glagah. Pohon ini sudah tumbuh sejak beberapa generasi, hasil buahnya kecil dengan biji yang besar," kata Eko.

Dari situ dimulailah perbaikan kualitas durian merah. Caranya melalui proses polinasi (penyerbukan) di lingkungan yang sesuai dengan syarat tumbuh durian merah.

"Kami sudah melakukan riset, wilayah yang cocok untuk pengembangan durian merah di Banyuwangi hanya ada di lima kecamatan, yakni Kalipuro, Glagah, Songgon, Licin dan Kecamatan Giri," ujarnya.

Eko menjelaskan, di wilayah ini tanahnya memiliki unsur hara yang istimewa karena mendapatkan asupan sulfur dari Gunung Ijen maupun Gunung Raung ditambah hawa laut dari Selat Bali yang kaya akan mineral.

Unsur hara dan mineral itu sangat berpengaruh pada karakteristik durian merah yang dihasilkan termasuk warna merah pada dagingnya.

Ia menyebutkan, pada sekali proses polinasi, akan dihasilkan 10-25 jenis buah durian merah berbeda-beda. Saat biji hasil buah itu disemai, tidak semuanya akan tumbuh menjadi tunas. Tunas-tunas yang berhasil tumbuh inilah yang menjadi cikal bakal tumbuhan baru hingga mencapai 65 varietas.

"Setelah tumbuh menjadi tunas kemudian tunas dipotong dan ditempel ke pohon yang sudah besar dengan metode top working. Dengan metode ini tidak perlu menunggu sampai bertahun-tahun agar pohon durian merah berbuah, hanya 2,5 tahun sudah bisa produksi," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com