Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tarif Angkot Tidak Turun, Pemkot Dianggap Bela Pengusaha

Kompas.com - 08/04/2016, 16:59 WIB
Rahmat Rahman Patty

Penulis

AMBON, KOMPAS.com - Keputusan Pemerintah Kota Ambon tidak menurunkan tarif angkutan kota menuai protes. Warga menganggap keputusan itu tidak berpihak pada masyarakat dan lebih melindungi pengusaha angkot.

"Kalau menurut saya, keputusan itu sangat tidak tepat karena harga BBM kan sudah dua kali turun. Mengapa harga angkot tidak diturunkan," kata Fahmi, warga Batu Merah, Jumat (8/4/2018).

Menurut dia, setelah harga bahan bakar minyak (BBM) turun dua kali, semestinya pemkot menyesuaikan tarif angkot, bukan malah menuruti kehendak pengusaha angkot.

Fahmi menilai bahwa Pemkot Ambon semestinya dapat meniru pemerintah daerah lain yang menurunkan tarif angkot.

"Kalau seperti ini, terkesan Pemkot melindungi kepentingan pengusaha dan tidak memihak masyarakat," sebutnya.

Warga lain bernama Jondry mengaku kecewa terhadap keputusan pemkot yang dinilai tidak berpihak kepada masyarakat.

"Saya heran, saat harga BBM naik, pemkot langsung merespons dengan cepat. Namun saat dua kali harga BBM turun, mereka tidak bisa berbuat apa-apa," ujarnya.

Direktur Moluca Institut Asman Poipessy menilai bahwa kebijakan Pemkot Ambon itu sebagai sebuah kebijakan yang tidak memihak pada masyarakat.

"Keputusan ini sangat konyol, apalagi Wali Kota memakai asumsi Ambon terbiasa dengan tingkat kemahalan yang tinggi. Ini logika yang tidak bisa diterima," ujarnya.

Menurut Asman, alasan tersebut sangat tidak rasional sebab harga BBM sudah dua kali diturunkan. Maka itu, sangat tidak tepat jika Wali Kota Richard Louhenapessy menyebutkan bahwa sangat riskan apabila tarif angkot diturunkan dengan asumsi kenaikan harga BBM hanya tiga persen.

Pada Rabu (6/4/2016), Wali Kota Ambon Richard Louhenapessy mengatakan bahwa penurunan tarif angkot akan sangat riskan karena penurunan harga BBM hanya tiga persen.

"Kalau hanya naik tiga persen, lalu harga tarif angkot katakanlah Rp 3.000 berarti turun hanya Rp 100. Ini sangat riskan karena penumpang kasih Rp 2.900, pasti tidak ada kembalian," katanya kepada wartawan.

Dia mengatakan, keputusan itu diambil setelah pengkajian dan pembahasan bersama Organda setempat. Keputusan itu diambil dengan mempertimbangkan fluktuasi harga BBM yang ditetapkan pemerintah pusat.

"BBM naik hanya tiga persen, kalau nanti naik lagi berarti tarif angkot tidak dinaikkan. BBM saat ini turun 3 persen, maka kalau nanti BBM naik lagi, misalnya 5 persen, maka angkot hanya naik 2 persen itu sesuai dengan keingnan Organda," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com