Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dua Siswi Tunanetra di Mataram Ikut Ujian Nasional Tanpa Soal Braille

Kompas.com - 04/04/2016, 12:30 WIB
Karnia Septia

Penulis

MATARAM, KOMPAS.com - Fedrilla Rarasani dan Siti Hafizah, dua siswi tunanetra SMA Negeri 6 Mataram, Nusa Tenggara Barat, mengikuti Ujian Nasional 2016 tanpa menggunakan naskah soal braille. Keduanya mengikuti UN dengan dibantu dua orang pengawas ujian.

Seorang pengawas bertugas membacakan soal ujian dan pengawas lain membantu menuliskan jawaban siswa di lembar jawab komputer (LJK).

Siti Hafizah, salah satu siswi tersebut mengatakan, merasa lebih mudah mengerjakan soal ujian dengan menggunakan huruf braille daripada harus dibacakan oleh pengawas ujian.

"Kalau dibacain itu agak sulit konsentrasi. Kalau braille kita bisa baca sendiri dan lebih mudah memahami soal," kata Siti seusai mengikuti UN, Senin (4/4/2016).

Meski demikian, ia yakin bahwa ujian hari pertama untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia hari ini bisa dilaluinya dengan mudah dan tanpa kendala. Akan tetapi, Siti khawatir akan mengalami kendala pada ujian Matematika mendatang.

"Kalau Matematika itu yang susah di situ karena kita harus mencatat ulang soal itu kareka Matematika enggak bisa dibacain. Pertama angka-angka apalagi angka yang tinggi. Kita harus menulis ulang soalnya itu yang kesulitannya di situ," kata Siti.

Selain ujian Matematika, Siti juga khawatir saat menghadapi ujian Bahasa Inggris dan Bahasa Jerman. Apalagi jika soal ujian dibacakan oleh guru atau pengawas yang bukan ahlinya.

"Bahasa Jerman, misalnya, kalau bukan dibacain oleh guru yang bukan ahlinya itu kesulitan. Soalnya kan beda intonasi, beda vokal. Kita enggak ngerti," kata Siti.

Terkait hal ini, Ketua UN Rayon 5 sekaligus manager inklusi Sunoto mengatakan, pada ujian tahun ini SMAN 6 Mataram tidak menerima naskah soal ujian nasional dalam huruf braille.

"Yang jelas tahun ini kebetulan kita dikirim dengan huruf awas," kata Sunoto.

Oleh karenanya, pelaksanaan UN untuk siswa inklusi dilaksanakan dengan cara dibacakan oleh pengawas ujian. Mereka mendapatkan ruangan khusus agar nyaman dan tidak mengganggu peserta ujian lain.

Menurut Sunoto, ujian dengan menggunakan huruf braille atau dibacakan masing-masing memiliki kelebihan sendiri-sendiri. Tetapi pada prinsipnya, siswa berkebutuhan khusus sudah dilatih. Mereka bisa mengerjakan soal menggunakan huruf braille, bisa pula dibacakan.

"Kalau dibacakan dia tinggal mendengarkan. Tapi dengan adanya huruf braille dia bisa membaca sendiri. Masing-masing punya kelebihan sendiri-sendiri," kata dia.

Tahun ini jumlah peserta UN di SMAN 6 Mataram sebanyak 321 siswa. Dari total 321 siswa, dua siswi dari Jurusan Bahasa di antaranya adalah siswi inklusi, yakni Fedrilla dan Siti.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com