Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mantan Dirut Perhutani Daftar Jadi Calon Wali Kota Independen karena Tak Punya "Mahar"

Kompas.com - 28/03/2016, 17:40 WIB
Wijaya Kusuma

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Mantan Direktur Utama Perum Perhutani, Transtoto Handadhari, Senin (28/3/2016), mengembalikan formulir pendaftaran calon wali kota jalur independen ke sekretariat Jogja Independent (Joint) di Kedai Kebun, Tirtodipuran, Kota Yogyakarta.

Kepada wartawan, Transtoto mengatakan, dirinya mendaftar dan bergabung dengan Joint bukan karena ingin jadi penguasa semata, melainkan dorongan dan panggilan jiwa untuk memperbaiki kondisi Kota Yogyakarta.

"Ini bukan semata-mata untuk menjadi penguasa. Kalau perlu, saya tidak digaji. Ini tulus panggilan untuk memperbaiki kondisi Kota Yogyakarta yang istimewa," ujar Transtoto, Senin.

Ia mengaku memilih jalur independen karena salah satunya tidak ada "mahar". Lagi pula, ia mengaku tidak mempunyai uang jika harus memberi "mahar" untuk mendaftar sebagai calon wali kota.

"Saya dari dulu independen. Gabung di sini karena tidak memakai 'mahar' uang. Wong saya juga tidak punya uang," akunya.

Menurut Transtoto, Kota Yogyakarta tidak perlu menjadi metropolitan jika hanya menyebabkan kemacetan dan tidak mengubah perekonomian warga menjadi lebih baik.

Menurut dia, Kota Yogyakarta yang istimewa lebih baik dipertahankan dalam hal kesederhanaan, kenyamanan, dan keramahan masyarakatnya sehingga orang-orang yang datang dan tinggal di Kota Yogya merasa betah, nyaman, dan aman. Jadi, mereka akan kangen untuk kembali lagi ke Yogyakarta.

"Tidak perlu menjadi metropolitan, Yogya harus tetap sederhana, berbudaya, menghargai norma, menghargai perbedaan, dan melestarikan lingkungan," urainya.

Transtoto menginginkan Yogyakarta sebagai kota yang berwawasan lingkungan. Salah satunya dengan menggalakkan penanaman pohon.

"Saya ingin Yogyakarta hijau, trotoar itu bisa ditanami pohon. Menanam kan tidak perlu (lahan) luas, di rumah-rumah warga kan juga bisa," ujarnya.

Dia mengakui, Yogyakarta saat ini sudah mulai menjadi kota dengan kemacetan. Trotoar berubah menjadi tempat warung makan, bahkan di beberapa lokasi menjadi tempat parkir.

Guna memperbaiki kondisi Kota Yogyakarta, ia melihat bahwa jalan yang bisa dilakukan adalah menjadi pemimpin atau memberikan masukan ide.

"Caranya dengan memimpin atau memberi ide. Akan tetapi, saya tidak berambisi besar. Kalaupun diberi kepercayaan, saya siap," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com