Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Red Bull Diminta Segera Minta Maaf ke Publik

Kompas.com - 21/03/2016, 11:16 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana

Penulis

MAGELANG, KOMPAS.com — Presidium Pusat Himpunan Mahasiswa Buddhis Indonesia (Hikmahbudhi) menuntut Red Bull GmbH Austria dituntut untuk segera meminta maaf ke publik terkait video iklan yang dinilai telah melecehkan Candi Borobudur.

Tuntutan yang sama juga ditujukan kepada PT Asiasejahtera Perdana Pharmaceutical selaku perwakilan di Indonesia, pemilik hak cipta Red Bull, serta selaku perusahaan yang secara langsung berkepentingan dalam pembuatan dan penayangan iklan minuman berenergi itu.

Update:

PT Asiasejahtera Perdana Pharmaceutical menyatakan tidak ada kaitannya dengan video kontroversial yang dibuat di Candi Borobudur.

"PT Asiasejahtera Perdana Pharmaceutical bukanlah pemegang merek Red Bull. Kita hanya memasarkan produk dengan merek Kratingdaeng di Indonesia. Kita juga bukan distributor yang memasarkan produk Red Bull," ujar Davin Thomas, Chief Marketing Officer PT PT Asiasejahtera Perdana Pharmaceutical saat dihubungi Kompas.com.

"Kedua pihak ini agar segera meminta maaf ke publik, terutama umat Buddha di Indonesia dan dunia," kata Suparjo, Ketua Hikmahbudhi, dalam keterangan pers tertulis, Minggu (20/3/2016).

Pihaknya pun meminta Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) serta Kementerian Pariwisata (Kemenpar) untuk memberikan sanksi kepada pihak Red Bull internasional dan perwakilannya di Indonesia.

Dalam pernyataan tertulis itu, Balai Konservasi Borobudur dan PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko juga diminta untuk menjalankan fungsinya secara optimal dan lebih mencermati segala upaya komersialisasi Candi Borobudur dan warisan budaya lainnya yang dapat mengancam kelestarian warisan budaya itu sendiri.

"Upaya komersialisasi dengan memanfaatkan nama besar Candi Borobudur tidaklah ditabukan, tetapi harus tetap dilakukan dengan mempertimbangkan pengaruhnya terhadap keagungan dan kelestarian Candi Borobudur," ungkapnya.

Suparjo mengingatkan kepada para pelaku usaha untuk menghargai dan melestarikan Candi Borobudur dan warisan budaya lainnya.

"Pernyataan sikap ini kami buat sebagai bentuk penghargaan dan tanggung jawab anak bangsa terhadap terjaganya kelestarian warisan budaya bangsa Indonesia," ujarnya.

Menurut dia, Candi Borobudur merupakan warisan peradaban bangsa Indonesia, bahkan dunia, yang sudah selayaknya mendapat perlindungan demi terjaganya kelestarian dan nilai spiritual yang terkandung di dalamnya.

Suparjo menyatakan bahwa penayangan video dan foto iklan di laman resmi Facebook Red Bull itu telah memberikan pendidikan yang keliru dan menyesatkan kepada masyarakat.

"Tayangan dalam video itu dapat menimbulkan pengaruh yang mengancam kelestarian Candi Borobudur karena mempertunjukkan seseorang berlari, melompat-lompat, dan pemanjatan di salah satu stupa di candi," paparnya.

(Baca juga: Dinilai Lecehkan Borobudur, Video "Red Bull" Tuai Kecaman)

Seperti diketahui, sebuah video yang diduga iklan minuman berenergi Red Bull ramai dibicarakan netizen dan warga Borobudur karena mempertontonkan aksi-aksi yang dinilai merendahkan situs Candi Borobudur.

Video yang diunggah melalui akun Facebook Red Bull, Kamis (17/3/2016) malam, itu sempat dilihat oleh lebih dari 18.000 viewer. Hanya, setelah menuai kecaman netizen, video berdurasi 1 menit 23 detik itu hilang dari laman Facebook Red Bull. Pihak Red Bull belum memberikan keterangan resmi terkait kemunculan video tersebut.

 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com