Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Borobudur Telusuri Video Kontroversial "Red Bull"

Kompas.com - 20/03/2016, 11:24 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana

Penulis

MAGELANG, KOMPAS.com — Balai Konservasi Borobudur (BKB) masih berupaya melakukan penelusuran terhadap video iklan "Red Bull" yang dinilai telah melecehkan Candi Borobudur sebagai tempat sakral dan cagar budaya dunia itu.

Iskandar M Siregar, Kepala Seksi Pelayanan Konservasi BKB, menyatakan, pasca-kemunculan video itu di media sosial, pihaknya langsung bergerak melakukan penyelidikan. Sebab, sejumlah adegan dalam tayangan iklan itu jelas-jelas telah melanggar aturan etika dan keamanan candi Buddha terbesar di dunia itu.

"Kami masih selidiki video itu, CCTV juga kami putar ulang untuk mengetahui kira-kira kapan kejadian itu. Mudah-mudahan Senin (21/3/2016) kami bisa sampaikan (hasilnya)," kata Iskandar, Sabtu (19/3/2016) malam.

Bahkan, beberapa jam setelah banyaknya laporan adanya video itu, pihaknya segera melayangkan teguran langsung kepada pihak Red Bull melalui akun Facebook-nya. Namun, kata Iskandar, sampai saat ini belum ada respons dari mereka, bahkan hingga tayangan video itu hilang dari laman jejaring sosial.

"Kami sudah tanyakan kepada mereka maksud dari adegan iklan itu, kami juga kirim ke inbox di Facebook-nya, tetapi belum direspons," ujarnya.

Iskandar meyakini bahwa perusahaan minuman berenergi yang bermarkas di Austria itu tidak menjanali prosedur perizinan kepada BKB sebelum melakukan syuting iklan tersebut. Sebab, tidak ada surat izin Red Bull yang tercatat di BKB.

"Sudah kami cari, selidiki, telurusi surat-surat izin di tempat kami dan memang tidak ada izin untuk kegiatan pembuatan iklan itu," tandasnya.

Iskandar menuturkan, munculnya video kontroversial itu menjadi pelajaran berharga bagi BKB agar tidak lagi "kecolongan" pada masa yang akan datang. Menurut dia, adegan-adegan dalam video berdurasi 1 menit 23 detik itu memperlihatkan tidak adanya respect terhadap cagar budaya peninggalan nenek moyang bangsa Indonesia.

Adegan seperti berlari, memanjat, melombat, berjingkrak, hingga memanjat dinding stupa yang diperankan oleh seorang pria bule dinilai sangat riskan merusak batu-batu penyusun Candi Borobudur.

"Batu-batu candi itu disusun begitu saja tanpa perekat lem, kalau dia (bintang iklan) lompat-lompat bisa mengakibatkan batu-batu itu jatuh, orangnya juga jatuh, nanti Borobudur lagi yang disalahin," ucapnya.

Ke depan, pihaknya akan melayangkan surat resmi kepada perusahaan Red Bull untuk meminta klarifikasi atas pembuatan iklan yang mengambil setting di Candi Borobudur itu.

Diberitakan sebelumnya, sebuah video yang diduga iklan minuman berenergi "Red Bull" ramai dibicarakan netizen dan warga Borobudur karena mempertontonkan aksi-aksi yang dinilai merendahkan situs seindah dan sesakral Candi Borobudur.

Video yang diunggah akun Facebook Red Bull pada Kamis (17/3/2016) malam itu sempat dilihat oleh lebih dari 18.000 viewers.

Hanya saja, setelah menuai kecaman netizen, video dengan setting Candi Borobudur dan Hotel Manohara itu hilang dari laman Facebook Red Bull.

Pihak Red Bull sendiri belum memberikan keterangan resmi terkait kemunculan video tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com