Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sembako Langka, Minyak Goreng di Perbatasan Rp 200.000 Per Liter

Kompas.com - 17/03/2016, 14:48 WIB
Kontributor Samarinda, Gusti Nara

Penulis

MALINAU, KOMPAS.com - Kabupaten Malinau, Kalimantan utara (Kaltara), dilanda kemarau. Akibatnya, ketersediaan bahan pokok bagi warga perbatasan Indonesia–Malaysia di Kaltara menipis dan harganya mengalami kenaikan yang tidak wajar.

Warga Desa Long Alongo, Kecamatan Bahau Hulu, Kabupaten Malinau, Roni Manan mengeluhkan, ketersediaan bahan pangan terutama sembako di daerahnya sulit didapatkan. Jika pun ada, harganya sangat mahal.

“Sejak kemarau beberapa bulan ini, Malinau dilanda kekeringan. Di desa saya di Long Alongo, harga kebuthan bahan pangan sudah sulit dijangkau. Semua serba mahal sekarang,” ungkapnya (17/3/2016).

Roni mengatakan, keadaan tersebut dikarenakan musim kemarau yang berkepanjangan sehingga menyebabkan sungai yang merupakan jalur distribusi barang mengering.  Kapal-kapal pengangkut bahan pokok pun sulit melewati sungai yang kering tersebut.

“Saat ini sungai menuju perbatasan mengering, sehingga menyembul batu-batuan yang ada di dasar sungai. Kapal jenis longboat tak bisa melintas, padahal bahan pokok diangkut menggunakan kapal,” ujarnya.

Karena tak ada distribusi barang yang masuk ke daerahnya, sejumlah bahan pokok pun menjadi langka. jika pun ada, harganya selangit, dan tidak bisa ditawar karena warga berebut untuk membelinya.

Harga gula pasir yang biasanya Rp 25.000 per kilogram, kini sudah mencapai Rp 50.000 per kilogram. Minyak goreng dari Rp 150.000 per liter, sekarang sudah menjadi Rp 200.000 per liter. Tak hanya itu, bensin eceran yang biasanya Rp 20.000 per liter, akibat kemarau ini sekarang menjadi Rp 50.000 per liter.

“Bandingkan harga tersebut dengan harga di kota lain, sangat tidak wajar sekali. Tapi mau bagaimana lagi, karena tak adanya akses jalur darat untuk mengangkut kebutuhan kami. Di perbatasan ini, harga kebutuhan pokok sangat dipengaruhi oleh jalur distribusi. Kalau kemarau ya jadi begini,” ungkapnya.

Roni mengatakan, karena jalur darat ke daerahnya tidak ada, warga berharap pemerintah menggunakan penerbangan perintis untuk distribusi barang kebutuhan pokok.

“Kan seperti di daerah lain ada penerbangan perintis, ya kita juga berharap ada penerbangan perintis pengangkut bahan pokok di sini. Saya pastikan, saat ini solusi satu-satunya hanya penerbangan perintis. Memang mahal ongkos angkutnya, tapi tidak ada cara lain,” sebutnya.

Kini, lanjut Roni, warga pedalaman di perbatasan seperti di Kecamatan long Alango terpaksa harus pandai berhemat. Jika tidak berhemat, dipastikan pertengahan bulan, kondisi kekurangan di perbatasan kian parah. Saat ini pun, lanjut dia, bahan bakar minyak (BBM) kini sudah habis sama sekali dan tidak dijual lagi.

“Sekarang ini kami yang sudah kehabisan BBM. Akibat dari kelangkaan BBM ini, segala aktivitas yang menggunakan BBM tidak lagi berfungsi. Tidak ada yang jual, karena yang punya juga mau dipakai sendiri,” ujarnya.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com