Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penumpang Dilarang Naik LCT, Kendaraan Antre hingga 15 Km di Ketapang

Kompas.com - 14/03/2016, 16:19 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati

Penulis

BANYUWANGI, KOMPAS.com - Kementerian Perhubungan Republik Indonesia (Kemenhub RI) memberlakukan larangan penumpang naik kapal landing carft tank (LCT) di Selat Bali, termasuk sopir dan kernet. Hal tersebut membuat antrean truk menuju Pulau Bali mengular hingga mencapai 15 kilometer.

Larangan ini diberlakukan pasca-tenggelamnya KMP Rafelia 2 di Selat Bali, Jumat (4/3/2016).

(Baca juga: Pasca-karamnya Rafelia II, Penumpang Dilarang Naik LCT)

Kemacetan diperparah dengan penumpukan kendaraan pasca-Nyepi karena penutupan jalur penyeberangan Selat Bali untuk menghormati umat Hindu di Bali yang merayakan Nyepi selama dua hari sejak Selasa (9/3/2016) jam 23.00.

Selain itu, kewajiban penumpang untuk mengisi form manifes juga membuat proses penyeberangan semakin lama.

"Data penumpang ditulis ulang secara manual jadi hal tersebut memperlambat. Biasanya hanya membutuhkan waktu sekitar 35 menit tapi sekarang bisa 1 jam 5 menit. Dan ini sesuai dengan SOP dari pusat yang diterapkan pasca Rafelia 2 tenggelam," ungkap Arif Muljanto, Kepala OPP ASDP Ketapang, Senin (14/3/3016).

Saat ini, menurut Arif, ada sekitar 900 kendaraan besar yang masih tertahan di antrean dan akan diurai kurang dari 24 jam setelah ada kesepakatan dari berbagai pihak terkait data manifes.

"SOP harus diterapkan untuk melindungi pelayaran tapi kami sudah duduk bersama untuk mencari solusi sedangkan untuk kapal yang melayani saat ini sebanyak 33 kapal baik KMP ataupun LCT. Semoga segera ada jalan keluarnya agar tidak ada lagi penumpukan kendaraan," ungkap Arif.

Sementara itu, Rifiqia (36), salah satu sopir asal Mataram, mengaku sudah mengantre lebih dari 5 jam dan masih belum masuk ke dalam kapal. Dia mengaku harus mengeluarkan biaya hidup lebih banyak untuk membeli makan, minum dan rokok.

"Untung ini masih bawa beras dan mie malah ada teman saya yang bawa cabai sampai busuk," tambahnya.

Dia juga menolak untuk menaiki kapal jenis LCT karena harus berpisah dengan kendaraan dan muatannya.

"Kalau kendaraan saya naikkan LCT saya naik KMP siapa yang ngawasi muatan. Kalau hilang dan ada apa apa siapa yang tanggung jawab," ucap ayah tiga anak tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com