Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PDAM Macet, Warga Antre Air Bersih di Kolong Masjid hingga Menciduk Genangan

Kompas.com - 11/03/2016, 17:32 WIB
Dani Julius Zebua

Penulis

BALIKPAPAN, KOMPAS.com – Beberapa perempuan dan anak duduk di kolong Masjid Baiturrahman RT 7, Kelurahan Sumberejo, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, sebelum Jumat (11/3/2016) tengah hari. Di hadapan mereka, terdapat puluhan jeriken dan ember yang diatur dalam barisan rapi.

Yulia, salah seorang di antara perempuan itu, mengatakan, jeriken dan ember dipakai untuk menampung air bersih yang keluar dari sebuah sumur bor di bawah kolong masjid tersebut. Namun, untuk mendapat air bersih, mereka harus antre berjam-jam di sana.

"Saya menunggu sudah sejak sebelum waktu Jumatan. Sampai sekarang (pukul 15.00) belum juga dapat giliran," kata Yulia sambil menunjukkan 10 jeriken bekas minyak goreng miliknya untuk diisi air.

Selain jeriken, warga juga menggunakan ember cat 25 kg, baskom, ember, hingga gallon air mineral.

Ibu dua anak ini mengaku sabar demi memperoleh air bersih itu. "Air ini penting untuk mandi dan memasak," kata Yulia. Karena keterbatasannya, Yulia tak bisa membeli air bersih setiap saat.

Suminarsih yang tak jauh dari tempat tinggal Yulia, juga antre di bawah kolong masjid dan itu sudah dilakukan selama dua bulan. Itu gara-gara air PDAM tidak mengalir dengan lancar di daerahnya. Warga hanya merasakan air mengalir lancar satu hari, tetapi kemudian macet selama tujuh hari.

Kondisi itu mengakibatkan antrean warga di sumur bor di bawah masjid pun tak terhindarkan.

"Bahkan ada warga yang dari jauh, seperti dari Jalan Strat Dua (4 kilometer jauhnya). Sumur bor ini tak sepi antrean warga dari pagi ketemu pagi lagi. Siang para istri, malam bapak-bapak yang antre," kata Suminarsih.

Antrean juga terjadi di lokasi lain. Darmawati tampak tengah menciduk sedikit demi sedikit air genangan di dalam sebuah kolam ukuran 5x3 meter ini, tak jauh dari sumur tempat Yulia antre.

Darmawati mengatakan, kolam sedalam dua meter itu biasanya penuh air. Kali ini, kolam surut nyaris tanpa sisa air. Sebagian tanah bahkan sudah ditumbuhi rumput.

"Kami perlu  untuk mencuci. Air ini tidak cocok untuk memasak karena rasanya asam. Jadi bukan untuk diminum," kata Darmawati. Ia mengisi banyak jeriken dengan air genangan dalam kolam itu.

Begitulah kondisi dua antrean air bersih di lokasi di Balikpapan. Antrean warga terjadi karena kondisi waduk memasuki masa kritis sejak elevasi air berada pada ketinggian kurang dari 5 meter.

Air di waduk terbesar Balikpapan yang diandalkan sebagai pemasok air bersih juga surut. Waduk seluas lebih dari 400 hektar itu kian lama kian mengering.

Pengelola PDAM Balikpapan menyebutkan, ketersediaan air bersih hanya cukup kurang dari satu bulan. PDAM dan pemerintah setempat akhirnya mengambil langkah mengalirkan air secara bergilir secara adil kepada pelanggan.

"Tapi penggiliran ini tak terjadi seperti omongan dari pemerintah. Tetap saja di RT ini satu minggu tak mengalir, satu hari baru mengalir," kata Romadhon, Ketua RT 7 Sumberejo.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com