Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah IRT yang Rela Mendampingi 127 Napi Anak-anak

Kompas.com - 07/03/2016, 05:26 WIB
Kontributor Surakarta, Michael Hangga Wismabrata

Penulis

SOLO, KOMPAS.com - Tidak banyak yang mengetahui bagaimana nasib seorang anak yang harus bertahan hidup di balik jeruji.

Apapun kasus yang menjerat dan memaksa mereka untuk menjalani hukuman penjara bagi seorang perempuan asal Solo ini tidaklah penting. Bagi Dian Sasmita, anak anak yang terpaksa menjalani hukuman di balik jeruji tetap saja anak-anak yang butuh pendampingan dan perhatian.

Sejak 2009, tepatnya bulan Agustus, Dian Sasmita bersama rekan-rekannya menggerakan organisasi sosial bernama Kapas. Oganisasi ini mengusung kepedulian dan pembinaan anak-anak dalam kondisi khusus dan rentan (AKKR), khususnya anak-anak yang menjadi penguhni rumah tahanan klas I Surakarta.

Seiring dengan waktu, nama Kapas berubah menjadi Sahabat Kapas. Namun, perubahan nama tersebut tidak mengubah perjuangan para aktivis di dalamnya, termasuk Dian Sasmita.

Dian mengungkapkan bahwa dorongan kuat untuk terjun ke dalam kehidupan anak-anak di penjara adalah senyum mereka.

"Daya dorong terbesar yang melahirkan Kapas (Sahabat Kapas, red) adalah senyum anak-anak di dalam lapas. Ketika kita usai bertemu mereka, pasti ada rasa candu ingin kembali berkegiatan dengan mereka lagi. Agar senyum tersebut tidak hilang, senyum mewakili kebahagiaan dan semangat mereka. Inilah yang selalu membuat kami semua yang di Kapas selalu bersemangat untuk kembali masuk dan belajar dengan mereka," kata Dian, Minggu (6/3/2016).

Menurut Dian, saat ini Sahabat Kapas mendampingi kurang lebih 127 anak anak yang tersebar di tiga rutan di area Karisidenan Surakarta. Kurangnya perhatian pemerintah, khususnya dalam memenuhi kebutuhan anak-anak di dalam Lapas, menjadi alasan utama Sahabat Kapas untuk membantu anak-anak tersebut.

"Sistem pemasyarakatan Indonesia belum optimal menyentuh kebutuhan rehabilitasi bagi penhuni lapas yang masih berumur anak-anak. Konsep pembinaan yang dilakukan terhadap mereka tak jauh berbeda dengan napi dewasa. Sehingga kebutuhan khas anak masih luput dari perhatian pemerintah," jelas Dian.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com