Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Tika Bantu Orangtua Bikin Batu Bata demi Cita-cita Jadi Dosen

Kompas.com - 04/03/2016, 08:36 WIB
Wijaya Kusuma

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Terik matahari tak menghentikannya mengambil tanah liat dan memasukkannya ke dalam cetakan yang terbuat dari kayu.

Tanpa menghiraukan tetesan keringat yang terus mengucur, jari mungilnya meratakan tanah liat hingga tak ada yang berada di luar cetakan. Usai rata dan padat, cetakan dari bahan kayu itupun diangkatnya hingga meninggalkan tanah liat berbentuk kotak.

Dengan teliti, dia menambah tumpukan kotak demi kotak tanah liat hingga hampir memenuhi halaman depan rumah.

Baju dan tangan yang kotor karena tanah liat telah menjadi bagian dari hidupnya. Bagi Ettikasari (22), tak ada pilihan lain selain membantu orangtuanya membuat batu bata demi biaya hidup dan sekolah.

"Membuat batu bata adalah satu-satunya mata pencaharian keluarga saya. Dari batu bata ini kami bisa makan dan saya bisa bayar sekolah," ujar Ettikasari kepada Kompas.com, Kamis (3/3/2016).

Tika, panggilan Ettikasari, menceritakan, sejak usia 13 tahun, dia telah membantu kedua orangtuanya membuat batu bata, mulai dari mengolah tanah liat sampai dengan mencetaknya.

Perempuan kelahiran Klaten 23 Desember 1994 ini mengaku tidak pernah malu membuat batu bata. Justru baginya apa yang dilakukannya adalah salah satu pengabdian kepada kedua orang tua yang telah bersusah payah membesarkan dan menyekolahkanya.

"Saya tidak pernah malu. Justru menjadi semangat saya untuk lebih baik," tegasnya.

Kerja keras

Apa yang dipercayakan oleh kedua orangtuanya pun tak disia-siakan anak pertama dari empat bersaudara ini. Sejak sekolah dasar (SD), Tika selalu menjadi siswa berprestasi. Bahkan dia selalu berada di peringkat pertama.

"Alhamdulilah sejak SD saya rangking 1. Bahkan saat di SMKN 1 Klaten saya mendapat beasiswa Titian Foundation," ucapnya.

Prestasi yang diraihnya itu tak datang dengan sendirinya. Tika mengaku tidak pernah lupa belajar. Setiap ada waktu, dia selaku membaca materi yang belum dipahaminya.

"Kalau mau tes itu malam tetap saya pelajari ulang materinya. Saya baca sampai benar-benar paham," tegasnya.

Menurut dia, usai menyelesaikan jenjang SMK ia sempat tidak berniat melanjutkan kuliah sebab keadaan ekonomi keluarga yang tidak mungkin membiayainya selama menempuh jenjang perguruan tinggi.

"Melihat keadaan orangtua, saya memang tidak berniat melanjutkan ke perguruan tinggi. Saya harus membenamkan cita-cita sebagai dosen," ujarnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com