Sebutan itu sangat kasar dan tidak pantas diucapkan. Apalagi kesenian Genye sudah menjadi kebanggaan warga Purwakarta.
"Genye sudah ada sejak 2009. Kesenian ini sudah memenangkan berbagai penghargaan baik tinggal regional maupun nasional," ucapnya.
Ia mengingatkan, bahwa dirinya juga muslim. Sebagai seorang muslim ia selalu memadukan kesenian yang dibuatnya dengan budaya Islam.
Termasuk Genye. Tarian yang biasa dibawakan 20-30 orang tersebut mengandung nilai filosofis yang tinggi. Yakni Genye yang artinya gerakan nyere (sapu lidi) menggambarkan kebersihan lingkungan.
Selain itu, sapu lidi sebagai simbolisme dari upaya membersihkan diri dan hati baik dari sikap iri, dengki, atau menuduh serta fitnah terhadap orang lain. Sedangkan ayakan (saringan) simbolisme dari usaha menahan diri mengeluarkan ucapan buruk. Dan aseupan simbolisme ketauhidan ke Allah SWT.
"Makanya saya sebagai penggagas kecewa sekali dengan sebutan budaya iblis dan syaitan tersebut. Saya menentangnya," tuturnya.
Karena tidak terima dengan pencemaran tersebut, ia bersama seniman lainnya melaporkan pemilik akun @Manhajusholihin ke Polres Purwakarta.Innalillah, Coba jawab dg hati bersih? Ini budaya apa yg diusung raja jurig @DediMulyadi71 ?? Budaya Iblis & Syetan! pic.twitter.com/w8rCP0L3yx
— Manhajus Sholihin (@Manhajusholihin) 13 Februari 2016
Sebelumnya diberitakan, akun @Manhajusholihin membuat sedikitnya tiga kicauan. Inti dari kicauan tersebut kritik pedas terhadap kesenian Genye. Salah satu kicauannya berbunyi, "Innalillahi, Coba jawab dg hati bersih? Ini budaya apa yang diusung raja jurig @DediMulyadi71? Budaya iblis & Syetan!” (baca: Kesenian Genye Disebut Budaya Iblis, Ini Komentar Bupati Purwakarta)