Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bupati Ini Dulunya Tukang Ojek...

Kompas.com - 12/02/2016, 11:08 WIB
Kontributor Bandung, Reni Susanti

Penulis

PURWAKARTA, KOMPAS.com — Dengan berbekal lima helai pakaian, Dedi Mulyadi remaja meninggalkan tanah kelahirannya, Subang, Jawa Barat.

Saat itu, ia baru lulus dari SMAN Purwadadi. Keinginannya untuk meninggalkan Subang sangat kuat. Padahal, ia tidak memiliki cukup uang untuk berkelana mencari penghidupan yang lebih baik.

Modalnya saat itu hanya tekad bulat, restu orangtua, dan ucapan bismillah.

Daerah yang ditujunya adalah kabupaten tetangga, yakni Purwakarta. Sesampainya di Purwakarta, ia pun sempat membantu-bantu di beberapa tempat hingga akhirnya menjadi tukang ojek dan menyewa kontrakan sempit.

"Tidur enggak pakai kasur, beralaskan seadanya saja. Baju yang dibawa juga baju butut (jelek) karena waktu itu beli baju hanya satu tahun sekali, saat Lebaran," ujar anak dari Sahlin Ahmad Suryana dan Karsiti ini kepada Kompas.com, belum lama ini.

Selama satu tahun, Dedi menjadi tukang ojek hingga akhirnya bisa berkuliah di Sekolah Tinggi Hukum Purnawarman, Purwakarta.

Demi memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan biaya kuliah, lelaki kelahiran Sukasari, Subang, 11 April 1971, ini menjadi tukang beras atau bekerja serabutan.

Meski hidup dalam kekurangan, ia tidak putus asa. Ia malah semakin semangat dalam menjalani hidup.

"Pas kuliah, saya gabung dan sangat aktif di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Purwakarta. Saya juga kerap tidur di sekret (Sekretariat HMI). Masih sama, tanpa kasur dan tidur tergeletak begitu saja," ucap dia.

Keaktifannya di HMI dan jiwa kepemimpinan yang sudah menempel di dirinya sejak kecil itulah yang membawa Dedi ke kursi DPRD Kabupaten Purwakarta.

Lalu, dia terpilih menjadi Wakil Bupati tahun 2003-2008. Selanjutnya, dalam usia muda, 37 tahun, ia memimpin Purwakarta sebagai Bupati selama dua periode hingga 2018 mendatang.

Kerasnya hidup tak hanya dialami Dedi sejak lulus SMA. Sejak kecil, anak bungsu dari sembilan bersaudara ini terbiasa bekerja keras.

Selain karena untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga, bekerja keras bagi Dedi adalah sesuatu yang menyenangkan untuk dijalani.

"Saya bantu orangtua menjadi buruh tani. Kalau mau sekolah, sepanjang jalan saya mengumpulkan kayu, lalu dijual, baru saya punya uang untuk jajan," tutur dia.

Bukan hanya itu, Dedi kecil pun lihai berternak. Dari yang awalnya hanya dua ekor, jantan dan betina, ternaknya menjadi 40 ekor.

Pengalaman ini pula yang membantunya dalam menciptakan program menarik. Salah satunya, pelajar desa-desa di Purwakarta diberi dua domba untuk diternakkan.

Program ini, selain mengajarkan anak menjadi entrepreneur sejak kecil, juga untuk menjaga budaya Sunda yang terbiasa beternak di rumah.

"Minimal, tercipta ketahanan pangan untuk keluarga sendiri," imbuhnya.

Kini, ia pun tengah gencar untuk mendirikan sentra peternakan sapi dan domba di Purwakarta. Rencana ini sudah mendapat lampu hijau dari Presiden Joko Widodo.

Nantinya, sapi di Purwakarta diperuntukkan bagi pemenuhan kebutuhan daging sapi di Jawa Barat dan Jakarta.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com