Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Kalau Berani, Bongkar Patung di Kantor Polisi dan Tentara di Jabar"

Kompas.com - 12/02/2016, 10:35 WIB
Kontributor Bandung, Reni Susanti

Penulis

BANDUNG, KOMPAS.com — Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi mengaku tidak habis pikir mengapa Patung Arjuna yang menjadi simbol pariwisata Purwakarta dibakar. Padahal, patung-patung tersebut hanya sebagai bentuk estetika.

Dedi pun menantang pengkritik patung, baik itu lawan politik maupun siapa saja, untuk kritis terhadap ikon Polda Jabar dan Kodam III Siliwangi. Sebab, selama ini, dua institusi negara itu menggunakan ikon harimau Lodaya. 

"Logikanya, jika patung ini menyalahi aturan agama, saya tantang mereka yang suka mengkritik patung untuk melakukan hal yang sama pada patung-patung di kantor polisi dan tentara," ucap Dedi, Jumat (12/2/2016).

Dedi meminta semua pihak obyektif. "Jangan berlakukan kritik patung haram itu pada Dedi Mulyadi saja. Yang obyektif, dong," kata dia.

Jika obyektif, maka pengkritik patung itu seharusnya kritis terhadap patung harimau yang kerap dijadikan ikon di kepolisian ataupun tentara, termasuk simbol Krisna bagi personel intelijen Polri.

Mengenai kritik yang disampaikan pimpinan Manhajus Solihin, Muhammad Syahid Joban, Dedi mengaku tidak akan segan-segan menghancurkan semua patung di Purwakarta. 

Namun, ada satu catatan, Manhajus Solihin, termasuk Majelis Ulama Indonesia (MUI)—sebagai pihak yang pernah mengeluarkan surat penghentian pembangunan patung—harus obyektif terhadap keberadaan patung di Jabar ataupun Indonesia, bukan hanya di Purwakarta.

"Kalau mereka berani bongkar patung di kantor polisi dan tentara di Jabar, saya akan bongkar semua patung di Purwakarta. Saya yang akan bongkar sendiri tanpa disuruh," kata dia.

Kegeraman Dedi memuncak ketika patung Arjuna Memanah di kawasan Situ Wanayasa dibakar orang tak dikenal, Kamis (11/2/2016).

Tahun 2011 lalu, beberapa patung, yakni patung Gatot Kaca di Parapatan Comro, patung Semar di Pertigaan Bunder, dan patung Bima di Jalan Baru, dihancurkan. Namun, patung pahlawan nasional di Purwakarta tak ada satu pun yang dihancurkan.

Penghancuran patung pada 2011 dilakukan sekelompok massa dengan alasan bahwa keberadaannya tidak merepresentasikan ke-Islam-an dan menyamakannya sebagai tindakan musyrik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com