Saat tarif baru diberlakukan nanti, justru pengusaha kapal penyeberangan Ujung-Kamal yang bersiap-siap mengajukan penutupan lintasan karena dinilai tidak akan bisa bersaing dengan Suramadu.
"Habis sudah kita. Mau bersaing di tarif sudah tidak mungkin lagi. Sebab, selama ini tarif yang kita berlakukan sudah jauh dari harga pokok penjualan (HPP) operasional kapal," kata Kepala PT ASDP Cabang Surabaya, Elvi Yosa, Rabu (10/2/2016).
Karena itu, dalam waktu dekat dia beserta pengusaha kapal penyeberangan lainnya akan mengajukan penutupan lintas Ujung-Kamal karena dinilai sudah tidak lagi menguntungkan.
"Pemerintah jangan hanya memperhatikan Suramadu, tapi nasib pengusaha Ujung-Kamal juga perlu diperhatikan," tambah Elvi.
Pihaknya mengaku sudah mengusulkan agar lintasan yang tercatat pernah menjadi terpadat se-Asia Tenggara itu untuk dijadikan lintasan perintis agar mendapatkan subsidi, tetapi hingga saat ini tidak ada respons dari Kementerian Perhubungan.
Aktivitas penyeberangan yang menghubungkan Pulau Jawa dan Madura itu turun signifikan setelah diresmikannya Tol Suramadu pada 2009.
Warga lebih memilih melintasi tol karena lebih efektif dari sisi waktu dan lebih efisien dari sisi biaya.
Saat ini hanya tersisa empat kapal penyeberangan yang dioperasikan dari tiga perusahaan yang masih beroperasi. Ketiga perusahaan itu mengaku rata-rata mengalami kerugian sebesar Rp 8 miliar setiap tahun.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.