Ribuan orang setiap hari datang untuk menyantap olahan makanan tersebut. Festival itu digelar untuk menyambut hari Imlek, meski sempat ada protes dari sekelompok masyarakat.
“Baru dua jam biasanya sudah habis. Satu stand biasanya menyediakan 150-200 porsi, langsung habis cepat,” kata Ketua Komunitas Kuliner Semarang, Firdaus Adi Negoro, saat dihubungi, Minggu (7/2/2016).
Menurut Firdaus, ada 20 stand pedagang olahan masakan babi yang berjualan. Harga yang dipatok dari tiap porsi makanan tidak terlampau mahal, yakni mulai Rp 20.000-an per porsi.
Ia melanjutkan, para pedagang yang berjualan di stand, rata-rata tidak mempunyai toko atau restoran. Ketika ada kegiatan, barulah para pedagang ini mulai bermunculan.
“Mereka berjualan ketika ada yang pesan. Itu di stand kami ada sekitar 60 persen, 40 persen sisanya punya restoran,” tambah Firdaus.
Panitia sengaja membuat festival dengan target pengunjung yang terbatas, atau untuk kalangan intern.
Hal tersebut tidak lepas dari upaya menghormati perbedaan yang ada, sehingga tidak diumumkan secara publik.
Kendati untuk kalangan tertentu, panitia tetap meminta izin dari kepolisian terkait penyelenggaraan kegiatan yang digelar sejak Kamis (04/02/2016) hingga Senin (08/02/2016). (baca: Festival Babi Diprotes, Panitia Klaim Sudah Izin Polisi).
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.