Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Perjuangan Camat Bangun Ketahanan Pangan di Daerah Terisolir

Kompas.com - 06/02/2016, 01:27 WIB
Kontributor Samarinda, Gusti Nara

Penulis

MALINAU, KOMPAS.com - Sebentar lagi, Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara (Kaltara) akan keluar dari ketertinggalan. Meski beberapa desa di Kabupaten Malinau masih terisolasi, namun warga tidak perlu resah karena banyak terobosan yang akan dilakukan pemerintah setempat, terutama di bidang pangan dan pertanian.

Salah satu terobosan yang tengah digencarkan adalah mencetak persawahan yang dilakukan secara swadaya bersama masyarakat Desa Long Titi. Desa Long Titi adalah sebuah desa yang sangat jauh dan tidak dapat ditempuh dengan jalur sungai selama 3 hari 2 malam.

Camat Sungai Tubu, Malinau, Tinas (42) mengatakan, ia harus rela berjuang membangun ketahanan pangan di daerah paling terisolir. Meski lelah, Tinas harus terjun sendiri ke lapangan dan menggerakkan masyarakat demi ketahanan pangan di desa-desa tertinggal di Kecamatan Sungai Tubu.

"Untuk membuat persawahan ini, saya harus tinggal selama 2 bulan di Desa Long Titi. Bersama warga, saya mencetak sawah seluas kurang lebih 10 hektar yang dikerjakan secara swadaya bersama warga Desa Long Titi yang dihuni oleh Suku Punan. Ini menyenangkan sekali,” kata Tinas (5/2/2016).

Menurut dia, untuk membangun kabupaten dari ketertinggalan, masyarakat tidak butuh teori atau hanya perintah dari pimpinan, tetapi langsung praktik bersama. Untuk itulah, dia rela tinggal di desa-desa bersama masyarakat untuk melaksanakan program kecamatan.

“Desa di kecamatan yang saya pimpin adalah desa-desa terjauh dan terisolir. Saya harus semangat...saya galakkan persawahan secara swadaya ini,” jelas Tinas.

Selain swadaya persawahan, Tinas juga pernah membuka akses jalan bersama masyarakat, membuat saluran irigasi di hutan belantara, menggesek kayu untuk membuat rumah layak huni dan berbagi kegiatan lainnya.

Selama berbaur dengan masyarakat berminggu-minggu, ia harus makan umbi di hutan karena keterbatasan perbekalan.

“Beruntung kami memiliki bakat bertahan hidup di hutan. Jadi ketika harus membuka badan jalan secara sederhana, kami tetap bisa bertahan hidup dengan mengandalkan umbi-umbian. Tapi inilah nikmatnya, hasilnya akan memberi kepuasan dan membangun Malinau dari ketertinggalan,” ujarnya.

Sementara itu, Bupati terpilih Malinau, Yansen TP mengatakan, kisah Tinas sangat menginspiratif. Tinas adalah orang yang memprakarsai terobosan cetak sawah secara swadaya.

“Saya berharap, akan tumbuh Tinas-Tinas baru yang mau bekerja keras untuk Kabupaten Malinau. Beruntung, Tinas masih betah dan siap melanjutkan tugas di Sungai Tubu. Sebuah ungkapan yang jarang ditemui dari diri seorang aparatur sipil negara,” kata Yansen.

Dia melanjutkan, kisah Tinas yang penuh semangat harus menjadi contoh, karena langsung memberikan praktik nyata dalam membangun masyarakat pedalaman.

“Semua warga Malinau patut bersyukur, karena dengan segala fasilitas yang lebih lengkap dan dinikmati bersama. Sementara di pedalaman, ada orang-orang yang harus bekerja keras membangun pedalaman dari ketertinggalan,” pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com