Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Juru Foto Rumah Bung Karno Bertahan di Tengah Gempuran "Smartphone"

Kompas.com - 28/01/2016, 06:30 WIB
Kontributor Bengkulu, Firmansyah

Penulis

BENGKULU, KOMPAS.com - Edi Kusari (61) terkantuk-kantuk di teras rumah pengasingan Bung Karno di Bengkulu. Matanya terlihat sayu, maklum hari sudah menunjukkan pukul 11.30 WIB, waktu makan siang sudah dekat.

Sejak pukul 08.00 WIB, Edi dan rekannya, Syukur (62), telah menanti para pengunjung di Rumah pengasingan Bung Karno yang terletak di Kelurahan Anggut Atas, Kota Bengkulu.

Sejauh ini, belum ada satu pun fotonya dibeli pengunjung, sedangkan kertas foto, tinta printer telah dipakai. Dia hanya berharap ada pengunjung yang bersedia membeli hasil jepretannya.

"Kami sudah 30 tahun menjadi tukang foto di Rumah Bung Karno, kala itu usaha ini menjanjikan, ketika belum banyak HP berkamera, sekarang usaha ini sulit, harus ada usaha lebih keras lagi agar pengunjung bersedia membeli," kisahnya.

Usaha Edi dan Syukur terbilang nekat, mereka dengan beraninya memotret pengunjung yang datang ke rumah pengasingan Bung Karno. Foto itu lalu mereka cetak dengan satu unit laptop, printer, dan kertas foto.

"Hasil jepretan ini kami perlihatkan pada pengunjung yang difoto, ada yang mau membeli ada juga yang tidak, jika tidak dibeli anggap itu kerugian kami," katanya santai.

Satu foto dijualnya dengan harga antara Rp 15.000 hingga Rp 50.000 tergantung ukuran.

Bertahan

Saat ini, di tengah gempuran ponsel atau smartphone yang memiliki kamera, kedua juru foto sepuh ini masih mendapatkan uang berkisar Rp 50.000 hingga Rp 100.000 per hari.

"Yah, memang tidak seperti dulu pendapatannya, sekarang masih dapat cukuplah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari," ungkap Syukur.

Kedua juru foto sepuh ini mengaku hasil jepretannya dapat mereka gunakan untuk menghidupi keluarga hingga menyekolahkan anak hingga kuliah di perguruan tinggi negeri di Bengkulu.

"Anak saya dua, semua kuliah di kampus negeri di Bengkulu, hasilnya ya dari jepret foto ini," ungkap Edi.

Dia optimistis, meski wisatawan kebanyakan berkunjung ke rumah Bung Karno memiliki smartphone dan kamera pribadi, dagangan fotonya tetap saja laku meski dengan penjualan yang pas-pasan.

"Intinya bersyukur saja, berapa dapat itulah rejeki, kami menjual tidak pernah memaksa, jika mereka tak mau beli foto itu ya kami simpan," ujarnya.

Selama menjadi juru foto di rumah pengasingan Bung Karno, kedua juru foto ini mengaku hanya menggunakan dua kamera pocket (saku) dan satu kamera berukuran besar.

"Sekarang kami hanya menggunakan kamera pocket, kamera DSLR rusak tak ada modal lagi untuk beli, kamera pocket juga sudah mahal dan hasilnya tetap bagus kok," ungkap Edi.

Rumah Bung Karno terletak di Jalan Soekarno-Hatta RT 5, RW 2 nomor 2, Kelurahan Anggut Atas, Kecamatan Ratu Samban, Kota Bengkulu. Rumah itu dibangun oleh Tjeng Kwat pada tahun 1918 yang bekerja sebagai penyalur bahan pokok untuk keperluan pemerintah kolonial Belanda.

Selanjutnya, pada tahun 1938, rumah tersebut berubah fungsi menjadi tempat pengasingan Bung Karno. Bangunan juga apernah dijadikan sebagai tempat markas perjuangan, rumah tinggal anggota AURI, stasiun RRI dan kantor pengurus KNPI.

Selama di Bengkulu, Bung Karno banyak menghasilkan karya maestro seperti pertunjukan teater Monte Carlo, mendesain Masjid Jamik dan beberapa perumahan di Bengkulu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com