Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anggota Gafatar: Agama Sesat, Sesatnya di Mana?

Kompas.com - 25/01/2016, 21:52 WIB
Kontributor Semarang, Nazar Nurdin

Penulis

SEMARANG, KOMPAS.com — Tuduhan terhadap Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) sebagai organisasi sesat membuat para pengikut dan mantan pengikutnya berkeluh kesah.

Mereka resah karena nasibnya kini tidak menentu akibat pengusiran paksa dari tanah perantauan.

Di Kota Semarang, Jawa Tengah, seorang pria paruh baya bekas anggota Gafatar, Subur Wibowo, terkejut ketika banyak orang menganggap Gafatar sebagai aliran sesat.

Gafatar, organisasi yang digelutinya selama berada di Kalimantan Barat, diakuinya tidak pernah mengajarkan agama.

"Kalau dinilai sesat, sesatnya di mana? Di sana semua agama bisa masuk karena Gafatar tidak mengajarkan agama," kata Subur saat berada di Terminal VIP Pelabuhan Tanjung Emas, Kota Semarang, Senin (25/1/2016).

Dia bersama 350 warga bekas anggota Gafatar tiba di Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, Jawa Tengah, Senin pukul 07.45 pagi WIB.

Setelah menjalani pemeriksaan kesehatan dan berdialog dengan Gubernur Jawa Tengah pada Senin sekitar pukul 13.00 WIB, mereka dilepas menuju Asrama Haji Donohudan, Kabupaten Boyolali.

Subur berangkat ke Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, sejak September 2015. Saat itu, dia diajak temannya untuk bertani di Kalimantan.

Subur pun mengaku tergiur lantaran di sana bisa bertani sekaligus berbaur dengan para transmigran asal Pulau Jawa.

"Gafatar itu kegiatannya sosial, anggotanya banyak, program-programnya pertanian. Gafatar tidak mengajarkan agama," ujar pria asal Kabupaten Wonogiri itu.

Kendati demikian, selama bergabung dengan Gafatar, Subur mengaku pernah mendengar sosok Ahmad Musaddek.

Hal yang sama disampaikan Udji Andrianto (18) yang juga berasal dari Wonogiri. Remaja berkacamata lulusan sebuah SMA di Jakarta ini tertarik bergabung dengan program sosial yang diusung Gafatar.

Bersama ibu kandungnya, ia lalu bergabung dengan Gafatar dan tinggal di Kabupaten Kubu Raya.

"Saya dulu shalat, sekarang sudah enggak. Dulu hanya ikut-ikutan saja, enggak ngerti ilmunya," kata Udji.

Kendati demikian, sejak SD hingga SMA, dia selalu mendapatkan materi pelajaran agama di sekolah.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com