Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gubuk Reyotnya Dibedah, Air Mata Mak Eli Menetes

Kompas.com - 17/01/2016, 16:33 WIB
Kontributor Bandung, Reni Susanti

Penulis

PURWAKARTA, KOMPAS.com - Mak Eli (50) tak kuasa menahan air matanya, ketika gubuk miliknya berukuran 4x6 meter dirobohkan petugas.

Namun, ternyata air mata Mak Eli bukan air mata duka. Perempuan ini tak bisa menahan haru lantaran gubuknya yang reyot itu akan direnovasi dalam program bedah rumah Pemkab Purwakarta.

"Alhamdulillah, masih ada yang peduli," ucap Eli sambil mengusap air mata yang menetes di pipinya, Minggu (17/1/2016).

Warga Desa Kutamana, Kecamatan Sukasari, Kabupaten Purwakarta ini tinggal di rumah reyot selama puluhan tahun.

Setelah suaminya meninggal dunia, dia tinggal sebatang kara karena tidak dikaruniai seorang anakpun.

Untuk bertahan hidup, Eli menjadi buruh "kored"  atau pembersih rumput di kebun warga yang bersedia menggunakan tenaganya.

Upah yang diterimanya teak seberapa besar hanya Rp10.000 per hari. "Dicukup-cukupkan saja (biaya hidup)," imbuhnya.

Untuk mendapat uang Rp10.000 per hari itu, Eli harus berjalan kaki selama 30 menit ke kebun kampung tetangga.

Ia bekerja hingga siang atau menjelang sore, sebelum pulang sambil membawa selembar uang Rp10.000 hasil jerih payahnya.

Namun, karena pendengarannya terganggu, terkadang Mak Eli sulit mendapat pekerjaan.

Akibat penghasilannya yang terbatas itu, jangankan membenarkan rumah, untuk makanpun ia kesulitan.

Kediaman Mak Eli memang sudah tidak layak huni. Bilik maupun kayu penyangganya sudah lapuk dimakan usia.

Bahkan ketika tim bedah rumah memasang tangga untuk menurunkan genteng, rumah Mak Eli langsung miring.

Rencananya, rumah Mak Eli akan direnovasi total dengan ukuran menjadi lebih luas yaitu tipe 21.

Di dalam rumah tersebut nanti akan dilengkapi ruang tamu, kamar tidur, toilet, dan dapur. Kediamannya saat ini hanya memiliki satu ruangan "serba guna" yang dipakai untuk tidur, menerima tamu dan makan. Sedangkan kebutuhan MCK dilakukan di luar rumah.

"Rumah yang akan dibangun nanti bentuknya tetap panggung. Namun desainnya rumah panggung Sunda," ujar Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, kepada Kompas.com.

Dedi mengaku, saat ini ada 23.000 rumah warga dalam kondisi kurang layak huni. Secara bertahap Pemkab Purwakarta akan membedah seluruh rumah tak layak huni itu.

"Tahun 2016 ditargetkan 3.000 rumah selesai. Sisanya di tahun 2017. Sebagai kenang-kenangan dari masa akhir jabatan saya buat warga Purwakarta," kata Dedi.

Daerah dengan jumlah rumah tak layak huni terbanyak adalah  Tegalwaru dan Plered. Adapun anggaran yang disipkan Pemkab Purwakarta adalah Rp 20 juta per rumah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com