Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rumput Taman Alun-alun Bandung "Bau Kaki", Ini Tanggapan Ridwan Kamil

Kompas.com - 31/12/2015, 16:13 WIB
Kontributor Bandung, Dendi Ramdhani

Penulis

BANDUNG, KOMPAS.com - Kondisi taman alun-alun Kota Bandung mulai terlihat kumuh. Hal itu disebabkan lantaran lokasi tersebut tak pernah surut oleh pengunjung sejak diresimkan pada akhir tahun 2013 lalu.

Sejumlah masyarakat pun mulai mengeluhkan kebersihan lantai alun-alun yang terbuat dari rumput sintetis. Saat musim penghujan, rumput sintetis itu kerap mengeluarkan bau tak sedap mirip bau kaki.

Wali Kota Bandung Ridwan Kamil mengatakan, persoalan kekumuhan alun-alun hanya masalah pemeliharaan saja.

"Hanya tinggal pemeliharaan saja. Sesuai umurnya (rumput) akan diganti," kata Emil, sapaan akrabnya, di Balai Kota Bandung, Kamis (31/12/2015).

Sebagai perancang taman alun-alun, Emil mengungkapkan alasan penggunaan rumput sintetis sebagai lantai taman. Menurut dia, lantai taman tak memungkinkan menggunakan rumput asli lantaran berada di atas basement.

"Alun-alun itu terdiri dari dua lantai, bawahnya ada basement. Ada tiga pilihan saat itu, pakai rumput asli tidak terbayang sehari pasti hancur. Ada ide pakai batu, itu tidak akan nyaman karena keras dan panas," tuturnya.

"Jadi pakai rumput sintetis, hanya tinggal pemeliharaannya saja. Kalau harus diganti setahun sekali kita ganti," jelas Emil.

Kepala Dinas Pemakaman dan Pertamanan Kota Bandung Arief Prasetya tak menyangkal jika kondisi rumput alun-alun memang bau. Namun, pihaknya tak bisa berbuat banyak lantaran pemeliharaan taman masih dipegang pihak ketiga.

"Perawatannya masih sama pihak ketiga. Tapi kita suka bantu karena kan sulit," kata Arief.

Arief mengakui kesulitan untuk menghilangkan bau di atas rumput sintetis tersebut. Padahal, setiap dua minggu sekali rumput palsu tersebut disiram dengan air cuka.

Dia menilai, kualitas rumput sintetis masih layak digunakan. Sebab itu, pihaknya tidak akan mengganti rumput dalam waktu dekat.

"Kalau karpet kehujanan baunya memang begitu, lembab. Kita sudah coba ditaburin pakai cuka tapi tidak membawa perubahan banyak. Sudah pernah juga pakai pewangi pakaian, Wanginya tapi sementara. Kalau kehujanan, kepanasan, bau lagi," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com