Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bara Konflik di "Tanoh" Aceh

Kompas.com - 28/11/2015, 10:32 WIB
Kontributor Lhokseumawe, Masriadi

Penulis

ACEH, KOMPAS.com — Sirene ambulans meraung-raung di jalan berbatu Desa Pulo Meuria, Kecamatan Geureudong Pase, Aceh Utara, Jumat, 21 Agustus 2015.

Di halaman sebuah rumah berkontruksi kayu, puluhan warga berjejer. Tua dan muda berkumpul di rumah itu.

Isak tangis membuncah saat ambulans semakin mendekat. Di belakang ambulans, tampak mobil Barracuda.

Sejumlah polisi menggunakan senjata laras panjang berjaga di lokasi. Sebagian dari mereka tampak mengenakan baju bebas. Ada juga yang mengenakan rompi antipeluru bertuliskan "polisi" di bagian belakang rompi.

Di situlah rumah Ridwan, pria yang diduga anggota kelompok bersenjata Aceh yang dipimpin Din Minimi.

Sehari sebelumnya, sekitar pukul 17.00 WIB, polisi terlibat baku tembak dengan Ridwan di rumahnya. Polisi mengklaim, Ridwan melakukan perlawanan.

Satu senjata laras panjang jenis AK-56 serta dua magasin masing-masing berisi 30 dan 26 peluru disita dari rumah Ridwan. Sementara itu, dua teman Ridwan lainnya berhasil melarikan diri.

Hasil otopsi di Rumah Sakit Cut Meutia (RSCM), Aceh Utara, menunjukkan, tujuh peluru menembus dada, pinggang kiri dan kanan, leher, serta punggung Ridwan.

Tiga bulan sebelumnya, Polres Pidie menembak mati dua anggota Din Minimi pada 20 Mei 2015. Mereka adalah Subri, warga Aceh Utara; dan Ibrahim Yusuf, warga Kabupaten Pidie.

Anggota lainnya yang meninggal dunia di tempat berbeda adalah Beureujuk, Ibrahim, M Rizal, Marzuki, dan Yusliadi.

Kemunculan Din Minimi terbilang mengejutkan. Mantan anggota Gerakan Aceh Merdeka (GAM) itu muncul dengan tuntutan kesejahteraan kepada Pemerintah Aceh.

Dia ingin, di bawah kepemimpinan Zaini Abdullah-Muzakkir Manaf, Aceh semakin sejahtera.

Selain itu, dia meminta pemerintah memperhatikan korban konflik, janda, dan anak yatim korban konflik sepanjang 35 tahun lebih di Aceh.

Tuntutan itu disampaikan Din Minimi berulang kali. Terakhir, ketika kelompoknya terus diburu polisi, Din mengaku siap berperang. Dia bahkan menabuh genderang perang terhadap satuan polisi di Aceh.

"Kami tidak ganggu polisi. Jika kami terus diganggu, kami akan bertahan dan siap berperang. Tuntutan kami realistis, kami ingin kesejahteraan rakyat," ujarnya kepada Kompas.com, baru-baru ini.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com