Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 25/11/2015, 09:12 WIB
Kontributor Kupang, Sigiranus Marutho Bere

Penulis

KUPANG, KOMPAS.com — Pihak Rumah Sakit Umum WZ Johannes Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), membantah telah menelantarkan pasien bernama Hagar Haki (28).

Direktur WZ Johannes Kupang, Domi Mere, Selasa (24/11/2015), mengatakan, pihak rumah sakit sudah melakukan tindakan medis yang optimal dan sesuai dengan aturan dan pertimbangan kemanusiaan.

"Berdasarkan catatan medis yang ada pada kami, terutama yang berkaitan dengan penanganan pasien ini, sebagai direktur, saya katakan bahwa tidak ada pembiaran terhadap pasien Hagar Haki," kata Domi.

Pasien ini, kata Domi, sudah beberapa kali dirawat dan sempat dipulangkan ke rumah karena kondisinya yang membaik. Namun, karena perawatan terhadap lubang pembuangan buatan di perut yang kurang baik, dia kemudian dirawat kembali di RS.

Di tempat yang sama, dokter spesialis bedah, Stefanus D Soka, menjelaskan, penyakit yang diderita Hagar adalah komplikasi persalinan yang tidak ditangani dengan baik di rumah. Akibatnya, terjadi infeksi berat.

Pada saat datang, kondisi pasien sangat lemah karena infeksi dan gangguan pembekuan darah serta gangguan kesadaran. Dalam keadaan itu, tidak mungkin dokter melakukan intervensi.

Menurut Stefanus, dokter hanya fokus untuk memulihkan kondisi vital pasien. Setelah dirawat selama lima hari di ruang intensif, kondisi pasien mulai stabil.

Selanjutnya, dia dibawa ke ruang perawatan kebidanan dan dievaluasi. Hal ini dilakukan untuk mencari sumber infeksi.

Sumber infeksi kemudian diprediksi berada di rahim. Tim dokter kebidanan yang berkoordinasi dengan dokter penyakit dalam lalu melakukan operasi di sekitar area sumber infeksi tadi.

Pada saat operasi sekitar bulan Februari 2015, ditemukan adanya pembusukan di sekitar rahim. Para dokter pun sepakat untuk melakukan tindakan pengangkatan rahim.

"Namun, proses operasi sedikit mengalami kesulitan karena adanya usus yang lengket. Dokter kebidanan pun lalu berusaha membuat proses pembebasan. Namun, dokter kembali menemukan adanya kebocoran di sekitar usus halus," kata Stefanus.

Saat dokter berupaya menutup kebocoran usus sekaligus mengangkat rahim, kondisi pasien lemah. Dia mengalami malanutrisi dan infeksi berat sehingga dokter pun membuat kesimpulan akan ada gangguan dalam proses penyembuhan.

Dokter, lanjut Stefanus, lalu mengantisipasi dengan memasang selang untuk memantau sejauh mana proses penyembuhan berjalan.

Setelah dievaluasi selama dua minggu, ternyata proses kebocoran usus tetap berlanjut. Tim bedah memutuskan untuk melakukan operasi yang kedua dengan tujuan untuk membersihkan sekaligus mengevaluasi kebocoran.

Ternyata, masih terjadi kebocoran dan pelengketan yang hebat yang memang sulit untuk ditutup. Kalaupun bisa dioperasi, kemungkinan terjadi kebocoran lagi.

Jalan terakhir yang dilakukan oleh dokter ialah dengan membuat lubang pembuangan buatan yang permanen atau ileostomi. Tujuannya ialah agar kotoran keluar tidak melalui usus yang bocor itu.

"Semua tindakan dari awal itu berdasarkan persetujuan keluarga. Sampai saat ini, penderita karena kondisinya memburuk," kata Stefanus.

Diberitakan sebelumnya, Hagar kini hanya tulang berbalut kulit. Perempuan asal Nailiu, Kecamatan Amfoang Utara, Kabupaten Kupang, saat ini berada di ruang isolasi I wanita kelas III.

Baca: Ditelantarkan di RS, Tubuh Wanita Ini Hanya Tulang Berbalut Kulit

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di 'Rumah' yang Sama...

Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di "Rumah" yang Sama...

Regional
Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com