Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Para Pekerja Seks yang Kini Banting Harga di Kawasan Gunung Botak

Kompas.com - 16/11/2015, 14:06 WIB
Kontributor Ambon, Rahmat Rahman Patty

Penulis

AMBON, KOMPAS.com - Tambang emas Gunung Botak di Desa Wamsait, Pulau Buru, Maluku mempunyai banyak cerita. Salah satunya tentang bisnis prostitusi yang berkembang di kawasan itu.

Di kawasan seluas 250 hektar itu ternyata ada banyak tempat praktik prostitusi yang beroperasi secara terang-terangan.

Namun, ada juga PSK yang diperkerjakan khusus oleh seorang germo, biasanya para PSK ini kerap disewa di penginapan dan hotel yang ada di Namlea, Kabupaten Buru. Hasil dari pekerjaan mereka itu lalu dibagi separuh dengan sang germo.

Sejak kawasan tambang itu beroperasi secara illegal di tahun 2011 silam, sejak itu pula praktik prostitusi mulai berjalan.

Tidak tahu siapa yang mendatangkan para penjaja seks komersial (PSK) ini ke kawasan tersebut. Namun faktanya, banyak di antara PSK yang datang ke Gunung Botak umumnya masih di bawah umur.

Salah seorang PSK yang ditemui di jalur D kawasan Gunung Botak mengaku tuntutan hidup menjadi alasan mengapa dia nekat datang ke Pulau Buru.

”Saya diajak oleh teman untuk datang ke sini, karena waktu itu dia bilang banyak pekerjaan yang bisa menghasilkan uang di sini,” kata wanita berinisial WS itu.

Dia pun tiba di Pulau Buru pada tahun 2012 silam. Karena tidak ada sanak keluarga, perempuan yang baru berusia 20 tahun ini pun memilih menyewa kamar bersama temannya di kawasan Gunung Botak.

Biaya hidup yang tinggi di kawasan tersebut, serta kurangnya keahlian, membuat WS terpaksa memilih jalan pintas menjadi PSK. WS mengaku hal itu dilakukan demi bertahan hidup dan mendapatkan rupiah.

“Mau bagaimana lagi Pak? Kita tidak bisa menambang kita hanya membantu kebutuhan para petambang di sini,” kata dia sambil tertawa.

Perempuan berdarah Sulawesi ini mengaku sejak berprofesi sebagai PSK di kawasan Gunung Botak, setiap hari dia mampu melayani 10 pria.

Mulanya WS mengaku untuk melayani setiap tamu, dia masih harus berhubungan lewat perantara. Namun seiring berjalannya waktu, dia tidak lagi memakai jasa penghubung.

Penghasilan yang didapat untuk sekali kencan terbilang besar. Sebab, setiap tamu yang mengajak kencan harus membayar Rp 500.000 hingga Rp 750.000.

Banyaknya calon tamu yang menginginkan kencan membuat WS pun bisa memilih-milih pelanggan. “Kadang kita harus pilih-pilih orang juga. Soalnya ada yang baru memikul materil belum sempat mandi sudah ajak kencan," kata dia.

"Banyak sekali saya dan teman-teman menemukan yang seperti itu,” sambung WS.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com