Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sudah 7 Presiden Berganti, Dua Dusun di Blitar Belum Dialiri Listrik

Kompas.com - 06/11/2015, 16:36 WIB

BLITAR, KOMPAS.com - Mimpi 210 kepala keluarga (KK), penghuni Dusun Babatan Wiji Omboh dan Dusun Serah Kencong, Kecamatan Wlingi, Kabupaten Blitar untuk mendapatkan sambungan listrik belum dapat direalisasikan.

Sebab, PLN setempat memastikan, belum dapat merealisasikan keinginan warga di dua dusun tersebut.

Lasmono, Manager PLN wilayah Wlingi Raya, mengatakan, sebetulnya PLN sudah berkali-kali melakukan survei ke dua dusun itu. Namun, hasilnya, sampai kini PLN belum bisa memastikan, kapan keinginan warga. Itu akan dipenuhi.

Masalah yang menghadang salah satunya adalah kondisi alam di kedua dusun tersebut. Selain berbukit, juga jaraknya cukup jauh yaitu sekitar 35 km dari desa terdekat, yang sudah tersambung listrik, yakni Desa Semen yang berbatasan dengan Kabupaten Malang.

"Kami sudah berulang kali melaporkan ke pimpinan, setiap kali ada pengaduan dari warga dua dusun itu terkait permintaan sambungan baru. Namun, ya begitu, tetap saja, belum ada keputusan, kapan akan direalisasikan," kata Lasmono, Jumat (6/11/2015).

Belum bisa terealilsasinya keinginan warga itu, papar dia, juga disebabkan pertimbangan lain yang cukup mendesak.

Pertimbangan itu adalah biaya yang dibutuhkan untuk pemasangan jaringan kabel ke dua dusun tersebut yang tidak sebanding dengan biaya investasinya.

Bahkan, PLN kemungkinan besar akan tekor karena jumlah pemasangnya hanya sekitar 210 KK.

"Kecuali, pemkab ikut mensubsidi pemasangannya, itu lain lagi. Atau, ada sekitar 1.000 KK, yang akan memasang jaringan baru, namun di desa itu cuma ada 200 KK, maka biaya yang diinvestasikan, akan lama kembalinya," lanjut Lasmono, tanpa merinci besarnya biaya yang dibutuhkan.

Seperti diketahui, satu-satunya desa di Kabupaten Blitar, yang belum teraliri listrik adalah Dusun Babatan Wiji Omboh, dan Dusun Serah Kencong, Kecamatan Wlingi. Dua dusun itu berpenduduk sekitar 210 KK.

Bahkan, tak hanya tak teraliri listrik, namun pembangunan di dua dusun itu sepertinya juga tertinggal jauh dibandingkan dengan dusun lainnya.

Malah, bisa dibilang, kedua dusun itu hampir tak tersentuh pembangunan. Salah satunya, bisa dilihat dari kondisi jalan desa yang masih berupa bebatuan yang hanya ditata biasa.

Untuk mengatasi kebutuhan listrik, warga mencari alternatif lain. Yakni, membuat kincir air, untuk dijadikan pembangkit listrik.

Caranya, mereka memanfaatkan aliran sungai, untuk dipakai menggerakkan balang-baling kincir air tersebut.

Pada 2011, kincir air itu beroperasi. Namun, karena debit air tak terlalu besar ditambah dengan peralatan yang digunakan sangat sederhana, maka hasilnya tidak maksimal.

Akhirnya, sekarang kincir air itu berputar dibantu dengan sebuah pompa diesel. Itu pun, listrik belum bisa menyala di siang hari, kecuali ada warga yang menggelar hajat.

Sebab, tiap hari listrik hanya menyala pada malam hari saja. Yakni, mulai pukul 17.00 WIB sampai pukul 05.00 WIB. Sebab, jika listrik juga menyala di siang hari maka biaya operasional, terutama untuk membeli solar, membengkak.

Akibat besarnya biaya untuk membeli solar, warga sepakat untuk iuran tiap bulan, disesuaikan pemakaiannya.

Misalnya, bagi warga yang punya televisi dikenakan iuran Rp 30.000 per bulan. Sedang, bagi warga yang tak punya televisi cukup bayar Rp 20.000 per bulan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com