Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seniman Magelang Peringati 5 Tahun Erupsi Gunung Merapi

Kompas.com - 05/11/2015, 19:37 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana

Penulis

MAGELANG, KOMPAS.com - Erupsi gunung Merapi yang dahsyat lima tahun lalu dinilai bukan sebuah musibah, melainkan sebuah rutinitas alam.

Jika manusia peka dengan alam maka kemungkinan korban jiwa maupun material bisa diantisipasi.

Demikian orasi budaya yang disampaikan Sitras Anjilin, seorang seniman sekaligus tokoh masyarakat lereng Gunung Merapi.

Orasi budaya ini disampaikan dalam peringatan lima tahun erupsi Gunung Merapi, di objek wisata Ketep Pass, Sawangan, Kabupaten Magelang, Kamis (5/11/2015).

"Akan tetapi, pada kenyataannya, banyak warga yang tidak peka dan tidak paham, sehingga erupsi menimbulkan korban," ujar Sitras.

Dalam peringatan itu, sejumlah seniman Magelang menggelar aksi teatrikal yang menggambarkan tentang keberadaan gunung berapi paling aktif di dunia itu.

Dimulai dengan pembacaan puisi, orasi budaya, dilanjutkan dengan pemotongan tumpeng selamatan oleh Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Magelang Edi Susanto.

Sitras memandang Gunug Merapi sebenarnya bukan ancaman. Merapi tidak pernah memusuhi manusia namun manusialah yang memusuhi gunung itu.

"Erupsi merupakan cara Gunung Merapi membangun dirinya sendiri. Jika saja manusia tidak tinggal di kaki gunung ini, maka tidak akan ada korban jiwa," paparnya.

Kepala Disparbud Magelang Edi Susanto menambahkan erupsi besar pada 5 November 2010 memang berdampak besar terhadap kehidupan masyarakat di sekitar gunung.

Semua aktivitas warga nyaris lumpuh. Karena itu, Edi mengajak masyarakat mengambil hikmah keberadaan Gunung Merapi.

"Ketika Merapi menghadirkan kegarangannya ternyata manusia tidak bisa melakukan apa-apa. Manusia bukan siapa-siapa dan tidak berdaya menghadapi Merapi," kata Edi.

"Kita tahu, alam bukanlah untuk dilawan. Tapi dihadapi dan disiasati karena aktivitas alam seperti erupsi Merapi adalah suatu bentuk kuasa Tuhan Yang Maha Esa," pungkas Edi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com