Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 29/10/2015, 18:03 WIB
Syahnan Rangkuti

Penulis

PEKANBARU, KOMPAS.com — Tanaman pohon sawit berusia sekitar satu sampai dua tahun tampak tumbuh di sela-sela puing dan tunggul kayu yang menghitam bekas terbakar. 

Lokasi areal sawit itu terletak di sebelah lokasi hutan Suaka Margasatwa (SM) Kerumutan yang terbakar. Areal yang terbakar tampak sudah dibersihkan terlebih dahulu. Pembakaran adalah langkah terakhir sebelum proses menanam kelapa sawit. (Baca: Ribuan Hektar Suaka Margasatwa Kerumutan Terbakar)
 
Menurut Affandi, petugas Manggala Agni yang dijumpai di lokasi, Rabu (28/10/2015), areal tanaman kelapa sawit di situ pernah terbakar hebat pada tahun 2013. Affandi dan teman-temannya bertugas memadamkan api di sana waktu itu.

"Kabarnya sudah tiga kali lahan di sini terbakar. Saya hanya ikut dua kali memadamkan pada 2013 dan 2015 ini. Sekarang ternyata sudah ditanami sawit," kata Affandi.

Sulit mencapai lokasi

Untuk menuju lokasi kebakaran SM Kerumutan tidak gampang. Butuh waktu lima jam perjalanan darat dari Kota Pekanbaru. Sekitar 40 kilometer sebelum lokasi jalannya berupa tanah yang dilapisi sirtu.

Hanya ada satu jalan masuk di tepi jalan lintas Teluk Meranti Kilometer 80 yang dipasangi portal sebuah perusahaan yang menamakan diri sebagai Koperasi Tandan Harapan.

Seorang petugas polisi dari Polsek Teluk Meranti memberhentikan mobil kami tatkala hendak masuk ke areal kebakaran. Padahal, kami sudah mendapat izin Manggala Agni.

Dia menanyakan apakah sudah meminta izin kepada atasannya.

Setelah mengatakan bahwa kami datang atas izin Komandan Korem 031/Wirabima Brigjen Nurendi, selaku Komandan Satuan Tugas Siaga Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan Riau, polisi itu menelepon seseorang. Setelah itu, kami dipersilakan masuk.

Dari pinggir jalan menuju lokasi, menurut Affandi, berjarak sekitar 10 kilometer. Hanya saja, jalannya sangat buruk karena berada di atas lahan gambut yang belum ditimbun oleh material lain. 


KOMPAS/SYAHNAN RANGKUTI Anggota Manggala Agni sedang sibuk memadamkan api yang menyala secara sporadis di Suaka Margasatwa Kerumutan, Rabu (28/10/2015).

Perjalanan ditempuh selama 30 menit. Hanya jenis kendaraan berpenggerak empat roda yang dapat jalan di sana. Minibus Manggala Agni yang coba menembus jalan sampai saat ini masih terjebak di dalam, tidak dapat keluar.

Di sepanjang jalan ke dalam, yang terlihat hanyalah tanaman kelapa sawit yang tumbuh di sela-sela puluhan ribu tunggul kayu berwarna hitam bekas terbakar. Terdapat dua barak pekerja di pinggir jalan gambut itu.

Tidak tegas

Rafika, seorang penduduk lokal, mengaku tidak tahu mengenai izin usaha perkebunan sawit di areal tersebut. Menurut dia, perkebunan itu seharusnya berada di areal SM Kerumutan.

Ia yakin lahan itu dibakar dengan sengaja. Namun, langkah hukum pemerintah dinilainya tidak pernah tegas. Areal kebun sawit itu seolah berada di lokasi tertutup.

Tidak mudah untuk masuk kawasan tersebut. Hanya ada satu jalan masuk, yaitu dari pintu masuk kebun. Artinya, orang luar akan sangat sulit masuk.

Menurut Rafika, pada tahun 2013, hanya pegawai setingkat mandor yang ditahan polisi dan dihukum sembilan bulan atas peristiwa kebakaran di sana. Waktu itu enam alat berat disita, tetapi dilepaskan.

"Anehnya, belum lagi proses hukum selesai, lahan itu sudah ditanami kelapa sawit. Sekarang lahan di belakangnya terbakar. Itu pasti disengaja," kata Rafika. 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di 'Rumah' yang Sama...

Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di "Rumah" yang Sama...

Regional
Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com