Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pesawat N219 Diklaim Lihai di Ketinggian 6.000 Kaki

Kompas.com - 29/10/2015, 13:25 WIB
Kontributor Bandung, Reni Susanti

Penulis

BANDUNG, KOMPAS.com — Pesawat N219 yang tengah diproduksi PT Dirgantara Indonesia (DI) memiliki beberapa kelebihan dibanding pesaingnya, yaitu mampu bermanuver di ketinggian 6.000 kaki dengan beban angkut lebih banyak.

"Pesawat ini mempunyai karakteristik performa yang bagus, manuver rendah, cocok untuk penerbangan di Papua yang konturnya berbukit-bukit," ujar Chief Engineer N219, Palmana Bhanandi, di PT Dirgantara Indonesia (DI), Bandung, Rabu (28/10/2015).

Palmana menjelaskan, salah satu karakteristik yang dimiliki pesawat adalah gaya angkat. Ketika pesawat kehilangan gaya angkat, maka pesawat tersebut akan jatuh. Dalam situasi tertentu, pesawat akan melakukan manuver di ketinggian rendah, 6.000 kaki. Pada saat manuver rendah, performa pesawat akan menurun.

"Di ketinggian 6.000 kaki, kemampuan N219 mengangkut 12 penumpang, sedangkan kompetitor hanya 9 penumpang," imbuhnya.

Palmana menambahkan, untuk bisa memiliki gaya angkat, pesawat perlu kecepatan tertentu. Dengan kontur Papua, pesawat harus bisa sepelan mungkin hingga ke bandara. Karena itu, pihaknya mendesain pesawat N219 bisa berkecepatan rendah, tetapi aman saat terbang.

"Kalau kecepatan rendah, pesawat bisa jatuh karena dia kehilangan gaya angkat tadi. Namun, kami sudah mendesain pesawat ini untuk wilayah perbukitan, seperti Papua," ujarnya.

Semua struktur N219, lanjut Palmana, menggunakan teknologi mutakhir dan advance dengan raw material didominasi metal. Pesawat ini dirancang menjadi pesawat yang nyaman bagi penumpang karena tinggi kabin 170 cm, sedangkan para pesaingnya sekitar 150 cm. Pesawat ini juga mampu membawa beban sampai 2.300 kg, sedangkan pesaingnya hanya 1.800 kg.

Untuk masalah harga, N219 lebih rendah dibanding pesaingnya. Twin Otter, Dornier-228, dan Y12 dari Tiongkok berharga 5,5 juta dollar AS sampai 7 juta dollar AS, sedangkan harga N219 hanya 5 juta dollar AS. Padahal, banyak negara yang memiliki kondisi alam berbukit-bukit dengan landasan pacu yang pendek, sekitar 500 meter.

"Dengan 5 juta dollar AS, (dana) APBD Papua bisa untuk membeli satu pesawat setiap tahun," tutupnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com