Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penggunaan Merkuri dan Sianida di Gunung Botak Lebihi Ambang Batas

Kompas.com - 28/10/2015, 12:36 WIB
Kontributor Ambon, Rahmat Rahman Patty

Penulis

AMBON, KOMPAS.com — Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Maluku Martha Nanlohi mengaku prihatin dengan penggunaan zat merkuri di kawasan tambang Gunung Botak, Pulau Buru, Maluku.

"Penggunaan merkuri di Gunung Botak sangat menyedihkan," kata Martha di Kantor Gubernur Maluku, Rabu (28/10/2015).

Penggunaan zat merkuri dan sianida di Gunung Botak telah melewati ambang batas dan hal itu tentunya tidak hanya mengancam tumbuhan dan juga satwa, tetapi juga manusia di Pulau Buru.

"Percaya atau tidak perlahan-lahan masyarakat Maluku yang ada di Buru perlahan akan mati karena masalah ini," kata Martha.

Martha mengaku penggunaan merkuri secara berlebihan itu sudah sangat melebihi batas dan dampaknya tentu sangat membahayakan keselamatan manusia.

Dia mengatakan, tim yang diturunkan ke kawasan Gunung Botak menemukan fakta jika penggunaan zat berbahaya itu kini telah mencapai 237 EPM.

"Padahal, kita tahu bersama bahwa nilai ambang batas penggunaan mercuri hanya 0,01 EPM. Jadi, tentu masalah ini sangat serius sekali," ujar dia.

Sebelumnya, Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda) Maluku juga menyebutkan, penggunaan merkuri dalam aktivitas penambangan emas di Gunung Botak telah mencapai tingkat yang sangat mengkhawatirkan.

Penggunaan merkuri oleh para petambang untuk mengurai material emas berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Bapedalda akan menimbulkan pencemaran lingkungan yang sangat parah.

"Penelitian telah dilakukan dan kami menemukan tingkat pencemaran lingkungan akibat mercuri di Gunung Botak sudah sangat parah," kata Kepala Bapedalda Maluku Vera Tomasoa belum lama ini di Ambon.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com