Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Parade Gamelan, Ratusan Anak SD "Diteror" Kebudayaan Lokal

Kompas.com - 25/10/2015, 14:13 WIB
Kontributor Yogyakarta, Wijaya Kusuma

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Ratusan anak dari 15 SD di DI Yogyakarta dan Jawa Tengah, mengikuti Parade Gamelan anak VIII.

Acara ini digelar di Panggung Terbuka Universitas Sanata Dharma (USD), Yogyakarta, Minggu (25/10/2015).

"Acara ini bukan lomba, tetapi parade. Tidak ada kejuaraan tetapi apresiasi penghargaan bagi setiap pesertanya," ucap Elisabeth Desiana Mayasari, Ketua Panitia Parade Gamelan Anak 2015.

Mayasari menuturkan, tema yang diangkat dalam parade ini adalah "Warisanmu Cerdaskan Generasiku".

Anak-anak tersebut diajak untuk mengakrabkan diri dengan kebudayaan lokal. Sebab, selain bermain gamelan secara bergantian, anak-anak juga diajak berkeliling di area perkampungan parade.

Di lokasi itu, mereka bisa menikmati jajanan tradisional sampai permainan tradisional. "Jika biasanya mereka 'diteror' digital dengan hanya bermain handphone, tablet dan laptop. Di parade gamelan ini, satu hari anak-anak 'diteror' dengan kebudayaan," kata Maya.

Sementara itu, Gregorius Budi Subanar S.J, salah satu pemrakasa Parade Gamelan Anak, menegaskan, acara ini berbeda dengan acara Festival Gamelan Dunia yang diadakan di Malayasia.

Di Malaysia, pesertanya orang dewasa. Namun di Yogya diikuti oleh anak-anak. "Kita punya tanah, kita juga punya bibit. Kan ini yang main gamelan anak-anak," tandas dia.

Menurut Budi, budaya bukan hanya soal pelestarian tetapi juga pengembangan, bagaimana menghidupinya di masa sekarang dan masa mendatang.

Maka dalam parade Gamelan ini sasarannya justru anak-anak. "Yang dulu hanya bisa melihat karena masih kecil sekarang sudah main gamelan," kata dia.

"Lalu yang sudah main, sekarang mereka menari," ucap dia lagi.

Selain itu, untuk mengembangkan kecintaan anak-anak kepada budaya lokal, parade Gamelan ini juga menumbuhkan rasa humanis dengan menyertakan nilai-nilai kebersamaan, empati dan nilai toleransi.

"Dengan mulai mencintai kebudayaan lokal, ke depan mereka akan mampu berhadapan dengan budaya-budaya kotemporer dan budaya universal," kata dia.

Berdasarkan pengamatan Kompas.com, peserta parade Gamelan tidak hanya anak-anak dalam negeri, namun juga di ikuti beberapa anak ekspatriat yang sekolah di DIY. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com