Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kekeringan, Warga Pegunungan Menoreh Pakai Air Irigasi Keruh

Kompas.com - 23/10/2015, 14:38 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana

Penulis

MAGELANG, KOMPAS.com - Warga Desa Ngargoretno, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang, terpaksa memakai air irigasi yang keruh untuk kebutuhan sehari-hari.

Hal ini menyusul kemarau yang berkepanjangan tahun ini.

Untuk mendapatkan air yang biasanya dipakai untuk pengairan sawah itu pun warga harus rela antre berjam-jam. Tetes demi tetes air dikumpulkan lalu dimasukkan ke dalam wadah ember dan jerigen.

Setelah itu, air didiamkan beberapa jam agar kotorannya mengendap sebelum kemudian bisa dikonsumsi.

"Air ini satu-satunya harapan kami agar bisa bertahan, hampir semua mata air sudah kering akibat kemarau yang panjang ini," kata Sepen (55) warga setempat, Jumat.

Sepen menceritakan untuk bisa sampai ke lokasi mata air itu ia dan puluhan warga lainnya harus berjalan beberapa kilometer dari pemukiman, menaiki jalan terjal perbukitan Menoreh.

"Kami cukup mandi sekalo sehari. Lainnya untuk masak dan mencuci kami harus sangat hemat," ungkap Sepen.

Muhidin, Ketua RT 21 Dusun Selorejo Desa Ngargoretno, mengatakan meski keruh sumber air yang dikenal dengan Talokan itu dimanfaatkan oleh warga di dua dusun, yakni Selorejo, dan Karangsari. Setiap hari, dari pagi sampai pagi lagi warga mengantre.

Bahkan malam hari pun merek lakikan meski tanpa penerangan yang memadai. Sujadi, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang mengatakan warga desa Ngargoretno telah mengajukan permohonan bantuan dropping air bersih, Kamis (22/10/2015) kemarin. Sore harinya, pihaknya langsung menuju lokasi untuk dropping air bersih.

"Kami akan memberikan dropping air bersih secara berkala sampai warga benar-benar tercukupi," ujar Sujadi.

Sujadi menyebutkan setidaknya sembilan desa di Kecamatan Borobudur, Salaman dan Kajoran Kabupaten Magelang mengalami krisis air bersih. Kekeringan di wilayah ini diakui lebih luas dan lama dibanding tahun lalu. Kondisi ini diduga sebagai dampak dari fenomena el nino yang melanda bumi belakangan ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com