Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dinding Candi Borobudur Dilapisi Zat Kimia Impor dari Jerman

Kompas.com - 18/10/2015, 16:13 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana

Penulis

MAGELANG, KOMPAS.com - Balai Konservasi Borobudur (BKB) sedang melapisi dinding Candi Borobudur yang mengalami kebocoran dengan zat alardit yang diimpor dari Jerman. Perbaikan berfokus di sisi timur candi Buddha terbesar di dunia itu.

"Target kami pertengahan November tahun ini atau sebelum musim hujan, perbaikan sudah rampung. Sekarang sudah 60 persen," kata Koordinator Pemeliharaan BKB, Yudi Suhartono, Minggu (18/10/2015).

Yudi memaparkan, kebocoran terjadi di dinding lorong I di tingkat IV sisi timur candi peninggalan Raja Samaratungga dari Dinasty Syailendra itu.

Ia mengakui, pascapemugaran kedua, kebocoran candi Borobudur lebih sering terjadi. Penanganan kebocoran menjadi salah satu langkah untuk mengantisipasi terjadinya pelapukan batuan.

"Kalau dinding candi bocor menyebabkan batu struktur candi lembab dan mudah ditumbuhi lumut, jamur, dan efek yang paling parah adalah batu mudah lapuk," terang Yudi.

Ia menjelaskan, bidang-bidang batu candi yang bocor dilapisi dengan zat alardit. Zat berwarna hitam mirip aspal ini diklaim mampu melindungi kebocoran karena sifatnya yang kedap air. Namun batu dilapisi dahulu dengan timah.

"Sebelum pelapisan, kami sudah lakukan registrasi dan pembongkaran batu candi. Baru setelah itu adalah pengujian terhadap lapisan kedap air ini dan pemasangan batu candi yang telah dibongkar," kat Yudi.

Ia menyebutkan, BKB menghabiskan anggaran sekitar Rp 300 juta yang diambil dari anggaran pemeliharaan rutin untuk menangani kebocoran.

Selama perbaikan, pengunjung tidak diperkenankan memasuki area pekerjaan.

Kepala Seksi (Kasi) Layanan Konservasi BKB Iskandar M Siregar menambahkan, zat araldit yang dipakai tersebut didatangkan secara khusus dari Jerman. Penggunaan araldit dan pengerasnya bergantung pada lapisan batu yang akan diolesi lapisan kedap air.

"Jika batu yang diolesi kasar, tentu saja akan membutuhkan araldit lebih banyak, begitu sebaliknya," ulas Iskandar.

Pihaknya sengaja menguji penggunaan zat araldit pada musim kemarau, supaya ketika musim hujan candi Borobudur sudah aman.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com