Seperti tahun-tahun sebelumnya, Keraton Pura Mangkunegaran di Solo menggelar ritual mengarak beberapa koleksi pusaka mengitari kompleks keraton di Banjarsari, Solo. Tidak sekadar mengarak pusaka, abdi dalem dan peserta kirab pusaka harus membisu alias topo bisu, dilarang berbicara selama prosesi kirab. Kali ini, pusaka berupa senjata tombak.
Menurut salah satu panitia Kirab Pusaka Malam Satu Suro Pura Mangkunegaran, Joko Pramudyo, selain kirab pusaka topo bisu, pihak Puro akan menggelar semedi bersama selama satu jam di dalam Istana Mangkunegaran.
"Kita membolehkan warga untuk ikut bersemedi di dalam tepat tengah malam dengan pakaian tradisional," kata Joko pada Selasa.
Pada acara prosesi itu, warga yang sudah menunggu di halaman Pura Mangkunegara segera menyerbu air jamasan pusaka. Warga saling sikut dan dorong untuk mendapatkan air ataupun kembang yang digunakan untuk mencuci pusaka.
Berbagai cara digunakan warga untuk mendapatkan air tersebut. Bahkan, beberapa warga rela mengais sisa-sisa air jamasan yang sudah tumpah di lantai untuk diusapkan ke muka atau bahkan diteguk. "Biar selamat dan diberi kelancaran berkah dari sing Kuwoso (Yang Kuasa)," kata Sri Bekti sambil masih sibuk mencari sisa-sisa air.
Tak hanya itu, salah satu warga asal Boyolali, Suparni, mengaku sudah datang ke Solo sejak sore hari untuk mengikuti tradisi malam satu Suro. "Setiap tahun pasti datang Mas, cari lek lekan (begadang) sambil cari berkah," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.