Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kritik Minimnya Dukungan Pemerintah, Seniman 22 Negara Berkolaborasi di Borobudur

Kompas.com - 09/10/2015, 18:50 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana

Penulis

MAGELANG, KOMPAS.com - Pemerintah dinilai kurang memperhatikan eksistensi para seniman, khususnya seni rupa di Indonesia. Tidak jarang para seniman harus merogoh kocek sendiri untuk melakukan promosi dan menggelar pameran ke luar negeri. Padahal, para seniman ini membawa nama bangsa dan memperkenalkan kebudayaan Indonesia ke mata dunia.

Kondisi tersebut mengundang keprihatinan para seniman seni rupa di Yogyakarta dan Magelang. Mereka kemudian menggelar kolaborasi pamerian seni rupa di Limanjawi Art House Borobudur, Desa Wanurajo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jumat (9/10/2015).

Sebanyak 50 seniman seni rupa dari 22 negara terlibat dalam kegiatan tersebut. Puluhan seniman itu berasal dari Kanada, Turki, Nepal, Serbia, Philipina, Vietnam, Amerika Serikat, Jerman, Rusia, Polandia, Italia, Banglades, India, Taiwan, Jepang, China, Singapura, dan beberapa negara lainnya.

"Ini bentuk silaturahmi dan kolaborasi antara seni dan budaya 22 negara. Mereka bisa memberikan manfaat sekaligus menginspirasi kami tentang bagaimana berkarya," ujar pemilik Limanjawi Art House, Umar Chusaeni.

Umar mengemukakan, para seniman itu datang ke Borobudur tidak hanya berwisata akan tetapi juga berkarya. Mereka melihat seni budaya Indonesia, khususnya budaya Jawa, sebagai akar seni budaya dunia yang sangat kuat.

Hadi Soesanto, seniman asal Yogyakarta, mengatakan, sebelum datang ke Borobudur, para seniman internasional itu sudah menggelar Yogyakarta International Art Festival, di Yogyakarta, pada 4-8 Oktober 2015 lalu. Setidaknya 105 karya seni rupa dipamerkan dalam pameran tersebut. Tidak hanya lukisan tetapi juga patung, desain grafis dan karya seni rupa lainnya.

Hasil penjualan karya-karya seni itu nantinya akan digunakan untuk membiayai pameran-pameran selanjutnya "Kami seniman seni rupa tidak bisa hanya diam berkarya di dalam negeri. Sementara kita jarang mendapat dukungan pemerintah. Kami harus berjuang, berdarah-darah, tombok (memakai biaya sendiri) untuk pameran ke luar negeri. Pemerintah lebih banyak mendukung seni-seni pertunjukan," kata Hadi yang juga Chairman Yogyakarta International Art Festival itu.

Hadi menjelaskan, jaringan antarseniman seni rupa di seluruh dunia yang sudah terbentuk ini diharapkan akan mempermudah para seniman seni rupa Indonesia dalam menggelar pameran baik di dalam negeri maupaun di luar negeri meski tanpa dukungan penuh dari pemerintah.

Carolyn Muskat, seniman asal Boston AS, mengaku senang bisa melukis di Borobudur. Melukis adalah sebuah kebebasan dan dia sangat menikmatinya. Apalagi, dia bisa bertemu dengan perupa lain dari Borobudur dan negara-negara lainnya. “Di sini luar biasa. Aku senang sekali bisa mengenal budaya dan perupa negara lain apalagi Indonesia,” puji Carolyn.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com