Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pelda Sugiarto, Tentara yang Mahir Jadi Dalang Wayang Loreng

Kompas.com - 05/10/2015, 10:48 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana

Penulis

MAGELANG, KOMPAS.com - Menjadi anggota TNI memang identik dengan dunia kemiliteran yang keras. Mereka dituntut memiliki karakter yang tegas demi menjaga stabilitas keamanan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Namun, segala tuntutan itu tidak lantas membuat Pembantu Letnan Dua (Pelda) Sugiarto berhenti mengasah bakatnya dalam dunia seni dan budaya yang identik dengan kelembutan.

Salah satu staf teritorial di Komando Distrik Militer 07/05 Diponegoro Magelang itu ternyata piawai memainkan wayang kulit tradisional. Ya, Sugiarto adalah satu-satunya anggota di kesatuannya yang "nyambi" menjadi dalang.

Olah tubuhnya begitu luwes, suaranya merdu tatkala mendendangkan suluk (lagu jawa) sepanjang memainkan wayang. "Sejak kecil, wayang sudah tidak asing bagi saya. Kakek saya seniman. Bapak saya, Tugino Budi Karyono, pemain wayang orang," kata Sugiarto, mengawali ceritanya menjadi dalang kepada Kompas.com, Senin (5/10/2015).

Pria kelahiran Kulonprogo, 8 Februari 1977 silam itu tertarik dengan pewayangan karena hampir setiap saudara atau tetangga yang menggelar hajatan selalu ada wayang.

Sugiarto kecil tak pernah absen menonton wayang meski harus begadang sampai malam. Lalu muncul keinginannya untuk mempelajari wayang.

Suami dari Sri Sumarni itu kemudian belajar dengan seorang dalang asal Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang, bernama Widodo. Beberapa kali berlatih, sang Guru menilai dia memang berbakat menjadi dalang. "Pak Widodo saat itu bilang, 'kamu ini punya bakat (dalang). Berlatihlah terus, percaya diri, kamu akan berhasil'," ucap Sugiarto menirukan nasihat guru dalangnya itu.

Sugiarto pun semangat belajar tentang wayang meski dengan otodidak di sela-sela aktivitasnya menjadi anggota TNI. Kemampuannya mendalang terasah hingga akhirnya dipercaya untuk pentas di pernikahan adik iparnya.

"Walaupun jadi tentara tidak menghalangi saya untuk belajar wayang. Begitu sebaliknya, saya tetap bekerja menunaikan tugas tentara sambil mendalang. Kalau di kantor saya bisa menghafal suluk. Malam hari saya pentas," papar Sugiarto yang mengidolakan dalang Adi Sugito itu.

Wayang Loreng
Bagi Bapak dua putri itu, wayang bisa menjadi sarana untuk merekatkan kerukunan masyarakat. Ia juga selalu menyisipkan pengetahuan wawasan kebangsaan kepada masyarakat di samping bercerita tentang dunia wayang pada umumnya.

"Tugas saya di satuan teritorial, yang harus bisa berkomunikasi dengan masyarakat. Jadi, mendalang juga sekaligus bisa dekat dengan masyarakat. Saya bisa menyisipkan pesan untuk menjaga ketertiban, keamanan lingkungan, wawasan nusantara, dan sebagainya," ungkap dia.

Agar pesan mudah disampaikan, Sugiarto memodifikasi tokoh-tokoh wayangya seperti anggota TNI. Dia sebut wayangnya dengan wayang loreng. Kostum yang dikenakan Petruk, Bagong, Semar, Gareng dan tokoh lainnya, juga dibuat mirip seragam tentara berwarna hijau.

Pun pakaian Sugiarto, dia merancang sendiri beskapnya (pakaian adat jawa) dengan motif lorang-loreng hijau. Blangkon di kepala juga tak pernah ketinggalan.

Sampai sekarang, Sugiarto telah memiliki 170 buah wayang kulit lengkap dengan alat musiknya yang ia simpan di rumahnya di Dusun Jlodran, Desa Jambewangi, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang.

Beberapa di antara ia beli sendiri, namun ada juga pemberian dan masih pinjaman kerabatnya. Di luar pekerjaannya menjadi tentara, Sugiarto mengaku kerap mendapat order mendalang pada pentas-pentas pewayangan di berbagai daerah, di Kabupaten Magelang, Kota Magelang hingga Yogyakarta.

Dengan menjadi dalang Sugiarto ingin membuktikan bahwa seorang tentara selain harus bersikap tegas, tetapi juga bisa penuh kelembutan melalui dunia seni budaya. "Tentara tidak hanya bisa bentak-bentak tapi juga bisa lembut dengan seni," kata dia.

Sementara itu, Komandan Distrik Militer 0705 Diponegoro Magelang, Letnan Kolonel Arm I Made Gede Antara mengaku bangga dengan salah satu anggotanya yang masih melestarikan seni budaya bangsa ditengah gencarnya pengaruh budaya barat.

Sebagai tentara, Sugiarto dinilai bisa membantu kesatuannya menghibur masyarakat pada acara-acara tertentu. "Melalui wayang bisa disisipkan pesan khusus tentang nasionalisme, program tni, wawasan kebangsaan dan disiplin kepada masyarakat," ucap Antara. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com