Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setiap Kemarau, PDAM Pontianak "Produksi" Air Asin

Kompas.com - 30/09/2015, 16:50 WIB
Kontributor Pontianak, Yohanes Kurnia Irawan

Penulis

PONTIANAK, KOMPAS.com - Sudah hampir sebulan terakhir warga kota Pontianak terpaksa menggunakan air asin untuk keperluan sehari-hari. Air yang rasanya asin tersebut adalah "produksi" Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).

Akibat rasanya yang asin air tersebut hanya bisa digunakan untuk mandi dan mencuci, tidak dapat dikonsumsi. Untuk kebutuhan minum dan masak, masyarakat harus membeli air bersih yang diangkut menggunakan mobil tangki atau dari pengecer air minum.

Kondisi seperti ini selalu dialami warga Kota Pontianak setiap musim kemarau tiba. Sungai Kapuas yang menjadi sumber bahan baku utama air bersih mengalami kondisi pasang surut. Saat pasang air laut masuk ke sungai itu sehingga mengakibatkan rasa air yang awalnya tawar menjadi asin.

Sedangkan air yang berasal dari hulu tak cukup, selain karena tidak ada atau rendahnya curah hujan, sungai-sungai yang berada di kawasan hulu kebanyakan sudah kering di musim kemarau seperti ini.

Menghadapi kondisi ini, Pemkot Pontianak mencoba mencari solusi untuk menangani krisis air baku PDAM. Pemerintah pusat selaku penanggung jawab terhadap ketersediaan air baku juga sudah melakukan beberapa kajian, antara lain terhadap Danau Lait dan pembendungan anak Sungai Ambawang.

Wali Kota Pontianak, Sutarmidji mengatakan, saat ini tengah dilakukan pemasangan pipa crossing di Sungai Ambawang sepanjang 300 meter. Kemudian, nanti dipasang juga pipa crossing di Sungai Kapuas kecil sepanjang sekitar 500 meter. Pipa-pipa itu kemudian akan terkoneksi ke PDAM Pontianak.

“Pemkot juga akan memperluas waduk di daerah Penepat, supaya debit air bisa untuk delapan jam. Karena, daerah Penepat sendiri dalam kondisi sekarang sudah terintrusi air laut bahkan mencapai 2.000 miligram per liter,” kata Sutarmidji, Rabu (30/9/2015).

Saat ini, pompa di waduk Penepat digunakan untuk mendorong air ke PDAM Imam Bonjol beroperasi normal. Namun, perlu ada pompa baru di daerah Kuala Mandor  untuk mendorong air baku.

"Kalau pipa untuk menyuplai air baku sepanjang 800 meter bisa terkoneksi ke PDAM Imam Bonjol, diperkirakan PDAM bisa memproduksi 1.000 liter per detik air yang tidak terpengaruh air asin terkecuali di Penepat terintrusi air asin. Tapi kalau waduk bisa menyuplai air selama 8 jam, permasalahan tersebut bisa teratasi karena waduk di Penepat terintrusi pada waktu air pasang, ketika air surut maka akan normal kembali,” tambah Sutarmidji.

Kendati langkah-langkah yang diambil bukan merupakan solusi jangka panjang, namun hal itu dilakukan sebagai solusi jangka menengah. Langkah lain yang dilakukan yakni memompakan air baku dari Penepat ke PDAM Imam Bonjol meskipun biaya yang dianggarkan tidak sedikit.

“Mudah-mudahan tahun ini pemasangan pipa itu selesai 24,3 kilometer. Tahun depan kalau pun kemarau, diperkirakan antara bulan Juni pipa yang dipasang sudah bisa dipompakan air,” Sutarmidji berharap.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com