Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Daftar Pemilih di Pulau Ini Dipenuhi Nama Warga Kelahiran Filipina

Kompas.com - 22/09/2015, 16:16 WIB
Kontributor Manado, Ronny Adolof Buol

Penulis

SANGIHE, KOMPAS.com — Ada yang menarik dari Daftar Pemilih Sementara (DPS) Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sulawesi Utara Tahun 2015 yang tertempel di Rumah Dinas Kepala Desa Matutuang, Kecamatan Kepulauan Marore, Kabupaten Sangihe.

DPS di tempat pemungutan suara itu dipenuhi dengan nama-nama warga Matutuang yang di kolom kelahirannya tertulis "Filipina".

Ternyata banyak warga yang tinggal di Matutuang memang lahir di Filipina. Mereka adalah etnis Sanger, tetapi punya kerabat di Filipina. Pulau Matutuang memang dekat dengan Filipina.

Walau bukan merupakan pulau terluar, Matutuang masuk dalam wilayah administrasi Kecamatan Kepulauan Marore, yang merupakan wilayah perbatasan Indonesia-Filipina di bagian utara Sulawesi.

"Warga saya banyak memang merupakan keturunan orang Filipina atau etnis Sanger yang lahir di sana, tetapi mereka warga negara Indonesia," ujar Kepala Desa Matutuang Herry Sumolang, Selasa (22/9/2015).

Herry bahkan menjelaskan, masih ada beberapa orang yang berkewarganegaraan Filipina, tetapi tinggal di Matutuang. Mereka umumnya menikahi perempuan asal Matutuang dan harus tinggal di pulau itu.

"Mereka sudah menyatakan keinginan untuk menjadi warga negara Indonesia, tetapi prosesnya memang agak sulit. Mereka harus menjalani sidang untuk menyatakan keinginan itu, sementara jarak ke ibu kota Sangihe di Tahuna cukup jauh," ungkap Herry.

Dia sudah melaporkan hal itu dan berkonsultasi dengan Pemerintah Daerah Sangihe, serta berharap Pengadilan Negeri Sangihe bisa melakukan sidang di Matutuang. Sebab jika harus mengajak para warga negara Filipina itu ke Sangihe, ada kendala terkait transportasi laut.

Pulau Matutuang terbilang jauh dari Tahuna. Memang ada transportasi laut dengan kapal perintis. Namun, rute yang hanya mencakup Matutuang dan pulau-pulau lainnya itu hanya berlaku dua minggu sekali.

Matutuang dulu memang merupakan pulau tak berpenghuni. Pulau ini hanya menjadi tempat singgah para nelayan dari Pulau Marore, pulau terluar Indonesia, saat mereka mencari ikan.

Para nelayan dari Filipina juga kerap singgah di pulau ini. Lama-kelamaan, Matutuang menjadi tempat bermukim tetap para nelayan itu. Mereka kemudian membangun pondok-pondok kecil, lalu berkembang menjadi perkampungan.

Pada tahun 1980, Matutuang kemudian diakui sebagai salah satu dusun dari Marore. "Tahun 2008, pulau ini kemudian dimekarkan menjadi Desa Matutuang, dan saya ditunjuk sebagai kepala desanya hingga sekarang. Saya sendiri berasal dari Marore," ujar Herry.

Kini, pulau seluas 31 hektar itu telah dihuni oleh sedikitnya 130 kepala keluarga. Menjadi nelayan merupakan pekerjaan utama selain berkebun kelapa dan singkong. Sebagaimana pulau-pulau yang berada di garis terluar, Matutuang tidak bisa menghindari percampuran para pendatang dari negara yang berbatasan langsung dengan Indonesia.

Pemerhati wilayah perbatasan, Pitres Sombowadile, mengatakan, tidak gampang membedakan mana orang Filipina dan mana orang Sangihe di kawasan perbatasan pulau-pulau. "Banyak warga kita yang sudah beberapa generasi di Filipina. Bahkan, historisnya, pulau-pulau Sangihe Talaud dan wilayah selatan Filipina sejak dulu berbagi sejarah, kerajaan, dan hubungan kekeluargaan yang kuat," kata Pitres.

Menurut dia, sejak tahun 1957, ihwal pemulangan warga kedua pihak sudah diatur. Namun, upaya itu selalu gagal, khususnya di pihak Nusa Utara, sebutan untuk wilayah yang mencakup Talaud, Sangihe, dan Sitaro.

"Mereka tetap pergi mencari kehidupan di bagian utara, Mindanao, karena upaya membangun kawasan Nusa Utara tidak sungguh-sungguh terwujud. Malah, pembangunannya digeser ke selatan di bagian Manado dan Bitung. Kawasan Nusa Utara itu pun masih diurus seperti zaman kolonial oleh administrator di provinsi," ungkap Pitres.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com