Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Limbah Pabrik Penggilingan Gabah Sebabkan Warga Sesak Napas dan Gatal-gatal

Kompas.com - 11/09/2015, 18:49 WIB
Kontributor Polewali, Junaedi

Penulis

PINRANG, KOMPAS.com - Sejumlah pabrik penggilingan gabah yang beroperasi di tengah-tengah lingkungan pemukiman warga di Pinrang Sulawesi selatan diprotes warga setempat lantaran mencemari lingkungan dan pemukiman mereka.

Debu pabrik yang beterbangan siang dan malam membuat warga mengeluh sesak nafas dan matanya perih. Warga yang tak tahan tertimbun debu hingga setebal satu centimeter setiap hari bahkan mengungsi dari ruma mereka. Sejumlah warga sudah berulang kali mengadukan kasus pencdmaran lingkungan yang membahayakan kesehatan tersebut, namun tak kunjung direspon pihak terkait.

Pabrik itu berdiri di tengah-tengah pemukiman penduduk. Pabrik milik Haji P Inci di Dusun Labalakang, Desa Amassangang, Kecematan Lanrisang, ini ditengarai mencemari lingkungan dan pemukiman penduduk dalam radius 1,5 kiometer.

Endang, salah seorang warga sekitar pabrik, mengeluhkan sesak nafas dan kesulitan melihat lantaran debu pabrik yang pekat beterbangan di pemukiman dan rumah mereka. Warga terpaksa harus menggunakan masker setiap hari agar debu pabrik dari hasil pembakaran bungkil padi tersebut tidak langsung terisap hingga ke paru-paru.

Warga juga mengeluh gatal-gatal dan tak bisa tidur nyenyak lantaran sesak nafas menghirup debu. Cuaca panas dan angin kencang yang melanda sejak musim kemarau panjang makin membuat debu memengaruhi lebih luas.

Warga yang terdampak pencemaran debu pabrik ini mengaku terpaksa harus membersihkan lantai dan kolong rumahnya yang ditimbuni debu setebal satu sentimeter agar tumpukan debu tidak semakin tebal. Perabotan rumah tangga seperti lemari, kursi, sofa dan peralatan dapur tertimbun lumpur membuat warga harus meluangkan waktu ekstra mengurus dan membersihkan rumah dan perabotannya.

Warga di lokasi mengaku tak punya waktu beraktivitas di luar rumah lantaran waktu mereka habis terkuras untuk membersihkan rumah dan perabotan setiap hari.

Sejumlah warga yang tidak tahan menghirup debu pekat memilih mengungsi ke tempat lain dan meniggalkan rumah dan harta benda mereka. Rumah mereka mereka digembok. Namun tak semua warga mengungsi dari lokasi lantara tak ada tempat mengungsi yang aman.

"Kasihan warga pada sesak nafas menghirup debu pekat, tetangga saya juga sudah ada yang pindah karena tidak tahan dengan abu yang semakin banyak setiap harinya. Kami sangat mengharapkan ada tindakan dari pemerintah, kalau tidak ada, kami semua yang di sekitar pabrik tersiksa," harap Endang.

Asisten 1 Pemda Pinrang Rahman Usman beserta tim dari BLH dan Pindu Pinrang yangmeninjau ke lokasi hari ini mengatakan, pihaknya sudah meninjau lokasi pabrik yang meresahkan warga.

Rahman mengatakan pihanya telah memberi solusi sementara. Pemilik pabrik diminta membuat lubang raksasa.

"Pemilik pabrik akan menggali lubang besar. Selanjutnya bungkil padi akan ditimbun agar tidak mencemari lingkungan dan pemukiman warga,” ujar Rahman.

Menanggapi banyaknya lokasi pabrik serupa yang mencemari lingkungan dan pemukiman lantaran berdiri di tengah pemukiman warga, dia mengatakan semua pabrik yang berdiri di Pinrang sudah melalui tahapan dan persetujuan dari berbagai pihak, termasuk lingkungan hidup.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com