Supervisor Senior Geotheknik dan Hidrologi Waduk PT Indonesia Powe Dani Jamaludin mengatakan, sejak kemarau ada penurunan debit air waduk yang cukup signifikan.
"Saat ini elevasi air waduk berada dititik 623. Biasanya suplai air untuk turbin itu dielevasi 626. Kalau di bawah 623, turbin bisa mati semua," kata Dani di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Kamis (10/9/2015).
Ahli Muda Pengelolaan Lahan dan Lingkungan PT Indonesia Power Amin Alimin memastikan bahwa penurunan debit tak mengganggu suplai listrik untuk pulau Jawa dan Bali.
"Suplai (listrik) kan bisa dari pembangkit lain seperti PLTU Kamojang, Suralaya dan lainnya karena sudah interkoneksi jadi tidak hanya mengandalkan Saguling saja, ada unit lain yang mengcover," jelasnya.
Dia menjelaskan, penyusutan debit air juga disebabkan tingginya populasi gulma atau eceng gondok di sepanjang Sungai Citarum.
"Eceng gondok itu cepat menyerap air. Mereka berkembang pesat ketika Sungai Citarum penuh dengan kotoran atau limbah," ujar Ali.
Tak hanya itu, buruknya kualitas air sungai, menurut Ali, sangat berbahaya bagi kelangsungan operasional waduk. Sifat air sungai yang terkontaminasi bersifat korosit dan mengancam sejumlah alat pembangkit listrik.
"Pengaruhnya akan mengganggu umur manfaat dari turbin kami, kandungan kimianya yang tinggi bisa membuat peralatan kita bolong," ungkapnya.
Menurut Ali, musim kemarau tahun ini cenderung lebih panjang dari tahun sebelumnya. Dengan kondisi seperti itu, pihaknya pun menyiapkan strategi agar pasokan listrik tetap terjaga.
"Kami tetap jaga sistem pola pembangkitan. Artinya, kami jaga juga sistem pembuangan air buat top load antara pukul 17.00 - 21.00 WIB. Bila perlu siang berhenti mengumpulkan air untuk sore hari," tutupnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.