Rasiyo-Lucy harus mampu merangkul suara "golput" dari warga Surabaya yang dalam Pilwali 2010 mencapai 52 persen, untuk dapat mengalahkan Risma dan Wisnu.
Pengamat politik komunikasi Universitas Airlangga Surabaya, Suko Widodo menilai, pemenang Pilwali 2010 sebenarnya bukan Risma, melainkan suara "golput". "Mereka ini adalah warga pendatang, dan warga metropolis yang tinggal di kawasan elite," ujar Suko Widodo, Kamis (10/9/2015).
Dia mengungkapkan, berdasarkan data KPU Surabaya pada Pilkada Surabaya 2010, Risma yang saat itu bergandengan dengan Bambang DH memenangkan, 358.187 suara (38,53 persen). Sisanya, diraih tiga pasangan kontestan lainnya.
Dari sisi kefiguran menurut Suko Widodo, Rasiyo juga tidak kalah berpengalaman dari Risma dalam urusan pemerintahan. Namun Risma diuntungkan oleh mesin partai pendukung yang sudah terkenal bergerak masif pada setiap momentum politik.
"Lain halnya jika mesin Partai Demokrat dan PAN juga bergerak optimal untuk memenangkan Rasiyo-Lucy, maka itu akan mengubah peta politik yang ada," kata dia.
Direktur Lembaga Survey Indept Surabaya, Andri Riswandi juga mengemukakan analisa yang sama soal peluang Rasiyo-Lucy, melawan pasangan petahana Risma-Wisnu. "Penantang Risma-Wisnu, harus menemukan dan memanajemen celah isu kegagalan dalam kepemimpinan Risma sebagai senjata untuk berkampanye," ungkap dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.